Meski demikian, ini bisa menjadi keuntungan bagi Jokowi untuk merombak kabinetnya. Kalau memang para anggota kabinet belum menunjukkan kinerja yang signifikan, Jokowi perlu mengambil langkah cepat dan sedini mungkin.Â
Dengan kata lain, Jokowi masih mempunyai 4 tahun bersama anggota kabinetnya untuk bekerja demi pemerintahan Indonesia. Waktu yang cukup lama. Tidak terlalu singkat bagi mereka untuk menunjukkan performa yang terbaik bagi pemerintah.Â
Performa selama setahun akan menjadi bahan evaluasi bagi pemerintahan Jokowi-Maruf. Termasuk niat untuk melakukan perombakan kabinet kalau memang itu dibutuhkan demi kepentingan pemerintahan yang lebih baik. Â
Kinerja setahun bisa menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan tentang mempertahankan kabinetnya ataukah merombak dengan melakukan pergantian pada beberapa pos yang tidak tampil prima.
Hemat saya, perombakan bisa terjadi kalau memang pemerintahan membutuhkan perbaikan performa. Apabila anggota kabinet sudah tampil optima dan memperbaiki performa mereka selepas kemarahan Jokowi, mereka pun patut dipertahankan. Dengan ini, perombakan kabinet bukan bertujuan untuk membagi jatah kepentingan dan kekuasaan kepada koncoh politik.Â
Lebih dari itu, perombakan kabinet adalah sebuah upaya untuk membangun sebuah organisasi pemerintahan. Anggota baru seyogianya bisa menjawabi tuntutuan kerja pemerintah dan bukannya hanya menutup lubang yang ditinggalkan. Apalagi mereka datang hanya untuk menggenapi kepentingan politik.Â
Reshuffle menjadi nyata bergantung pada evaluasi pada kinerja pemerintah selama setahun yang telah lewat. Kinerja baik, para anggota kabinet dipertahankan. Begitu pun sebaliknya, kalau tidak optimal, langkah perombakan bisa menjadi salah satu solusi. Terlebih lagi, Jokowi masih mempunyai 4 tahun duduk di kursi RI nomor satu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H