Tempat rekoleksi adalah sebuah komunitas bekas biara. Rumah besar dan berusia tua. Kira-kira sudah lebih dari 100 tahun. Arsitekturnya terlihat antik. Masih didominasi kayu.Â
Pengasuh kompleks rumah mengakui bahwa rumah itu diubah menjadi rumah kegiatan rohani semenjak para biarawan tidak lagi tinggal di tempat itu. Jadinya, rumah biara yang biasanya dipenuhi oleh para biarawan sudah terbuka bagi publik dari luar.
Bagi para pemilik rumah, itu bertujuan agar rumah itu tetap terjaga. Sayang kalau rumah bersejarah dibiarkan kosong. Bisa jadi, rumah itu akan termakan rayap kalau tidak diperhatikan.Â
Maka dari itu, rumah itu terbuka bagi publik. Setiap yang mau menginap akan ditetapkan biaya tingga. Lumayan murah bila dibandingkan dengan rumah-rumah lainnya. Dengan ini pula, pemilik rumah bisa memanfaatkan pendapatan itu untuk menjaga rumah itu tetap awet.
Saya merasakan aura berbeda. Rumahnya terkesan sepih, walaupun suara kami yang terdiri dari 45 siswa terdengar riuh. Pohon-pohon pinus yang tumbuh di halaman rumah menambah kesan berbeda.Â
Rumah ini bukan sekadar sebuah rumah. Pasti ada sesuatu yang berdiam di baliknya.Â
Setelah mendengarkan pelbagai arahan selepas makan malam, kami pun diminta untuk ke kamar masing-masing. Sangat dianjurkan untuk langsung tidur agar bisa memulihkan kondisi tubuh selepas 8 jam perjalanan.
Setiap siswa menempati satu kamar. Kamar mandi dan toilet terpisah.Â
Menurut pengasuh rumah, hal itu sudah menjadi model rumah biara yang sudah dibangun sejak dulu. Kamar mandi dan toilet selalu terpisah. "Pantas saja harganya cukup terjangkau," pikir saya. Pasalnya, di rumah-rumah lain, tiap kamar sudah dilengkapi dengan kamar mandi dalam.Â
Lelah menghampiri cukup awal. Rasa ngantuk begitu cepat menghinggapi diri. Apalagi hawanya cukup sejuk. Sangat berbeda dengan tempat asal kami. Tak heran, saya cepat mengatupkan mata.
Belum beberapa menit mengatupkan mata, tiba-tiba bayangan putih berjubah seolah membuka pintu kamar dan langsung mendekati tempat tibtidur saya. Saya terkejut. Ternyata tidak ada orang. Namun, rasa takut menghinggapi diri.Â