Minggu lalu, di sebuah desa saya bertemu dengan seorang pria. Katanya dia sakit. Arah pikirannya tidak jelas. Lebih banyak mengurung diri di rumah.
Ketika saya tanyakan tentang awal sakitnya, beliau katakan bahwa dia mulai sakit semenjak ibunya meninggal dunia. Dia begitu terpukul atas kepergian ibunya. Karena ini, pikirannya tidak terarah.
Karena bukan keahlian saya, saya hanya coba mendengarkan kisahnya sejak saat dia memperhatikan ibunya. Akan tetapi, apa yang dilakukannya tidak berjalan dengan kenyataan. Ibunya meninggal dunia. Peristiwa ini menjadi pukulan hebat baginya.
Mentalnya tergoncang. Cara hidupnya berubah total. Akan tetapi, tetangganya lebih melihat kalau dia kena santet orang, makanya mereka kerap kali membawa ke paranormal. Situasinya tidak berubah.
Saya kira banyak hal sama terjadi di pelbagai tempat. Banyak orang yang menjadi gila karena persoalan mental. Mereka tidak kuat menghadapi beban-beban psikis yang ditanggung. Apabila tidak diolah atau juga berhadapan dengan ahli-ahli yang tepat, beban-beban itu bisa mempengaruhi mental. Ujung-ujungnya menjadi gila.
Maka dari itu, ketika ada persoalan terjadi, seyogianya seorang mengungkapkannya. Penyelesaiannya hanya lewat keberaniaan untuk membuka diri untuk menyampaikan situasi batin kepada orang-orang yang terpercaya. Â
Sementara itu, persoalan disantet lebih pada masalah spiritual. Sebabnya dari luar. Ada kekuatan gaib yang kerap mempengaruhi dan mengontrol jiwa seseorang. Karena kekuatan gaib ini, seseorang bisa berlaku seperti tidak biasanya. Bahkan arahnya pun pada melupakan diri sendiri.
Biasanya hal ini terselesaikan oleh orang-orang tertentu, seperti para normal dan pemuka agama yang mempunyai karunia khusus. Tidak sembarang orang. Ahli psikis pun akan sulit berhadapan dengan soal ini. Pasalnya, tanpa sebab, seseorang tiba-tiba berubah kelakuannya.
Sepupu saya, seorang kepala desa diduga menjadi korban santet. Tanpa ada sebab, beliau tiba-tiba berkelakuan aneh. Tidak ada persoalan. Lantas, dia ditangani oleh pemuka agama. Hasilnya agak membaik. Â
Berhadapan dengan sakit mental dan disantet, kita perlu teliti melihat situasi seseorang. Ada orang tahu jika seseorang berada dalam situasi sakit mental secara psikis ataukah disantet. Sebaliknya, kita juga tidak cepat dipercaya jika disantet, padahal yang terjadi adalah sakit mental.
Pendeknya, setiap sakit mesti diteliti dengan secermat-cermatnya. Tidak boleh cepat terjebak pada satu kesimpulan. Apalagi kesimpulan itu salah. Dalam mana, itu merusak reputasi korban dan orang lain.