Hingga keesokan harinya, beberapa pesan masuk ke handphonenya. Tidak biasanya. Pasti ada sesuatu yang penting dan mendadak. Yang paling banyak adalah pesan di grup angkatan sewaktu kuliah. Lebih dari 50-an pesan yang tertera di grup itu.
Kabar dukacita. Membaca kabar itu, dia begitu kaget. Tidak percaya. Teman chatnya semalam meninggal dunia.Â
Lebih mengejutkan membaca waktu kematian temannya itu. Kabarnya dia diperkirakan sudah meninggal dunia menjelang tengah malam. Dia ditemukan tidak bernyawa di kamarnya sekitar pagi hari. Â
Bagaimana mungkin. Mereka sempat bertukar kabar di waktu tengah malam hingga dini hari. Lantas, siapakah yang berchat dengannya semalam. Aneh. Bulu kuduknya perlahan berdiri.
Dia juga bingung. Dia menanyakan kepastian kabar duka itu ke grup teman angkatan di WA. Akan tetapi, jawaban begitu lama. Lantas, dia masuk ke Facebook. Barangkali dia bisa chat ke messengernya.
Ketika baru membuka halaman Facebook-nya, dia menemukan pelbagai ungkapan duka tentang kematian temannya itu. Benar. Teman lama sekaligus teman chatnya semalam itu sudah pergi.
Tiba-tiba, seorang teman angkatan mengirimkan pesan balasan di grup chat. Kebetulan teman angkatan ini satu tempat kerja dengannya.
Dia mengabarkan kalau dokter memperkirakan dia meninggal dunia sebelum tengah malam. Kena serangan jantung.
Seorang pelayan hotel menemukannya tak bernyawa di kamar. Karena dia tidak muncul di ruang makan, lantas seseorang meminta pelayan hotel ke kemarnya.Â
Kebetulan, dia sementara mengikuti seminar di kota Kupang. Yang membuatnya bertambah bingung, ternyata dia tidak meninggal di Timor Leste. Pasalnya, di pesannya dia mengatakan kalau dia sementara berada di Timor Leste. Karena itu pula, dia sempat berkelakar. "Pasti sudah ada sinyal."
Kupang dan Timor Leste, dua tempat yang sangat berbeda. Mungkin saja, dia chat dengan orang berbeda. Namun, mengapa dia sampai tahu baik kebersamaan mereka di waktu lampau. Â