Â
Sebuah pesan singkat masuk ke messengernya. Waktu itu hampir pukul 12 tengah malam. Pengirimnya seorang teman lama. Teman angkatan sewaktu kuliah. Dia bekerja di negara yang pernah masuk negara Indonesia. Timor Leste.
Tidak biasanya teman itu mengirimkan pesan. Apalagi bertukar kabar. Maklum dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Kerja sosial.
Dia menghabiskan banyak waktu dengan masyarakat hingga kerap kali melupakan dunia media sosial. Di antara teman-teman sekolah, dia salah seorang yang tidak begitu aktif di media sosial. Bukannya tidak ada akun media sosial. Akan tetapi, dia jarang menunjukkan diri.Â
Makanya, saat dia memposting sesuatu di media sosial, biasanya teman-teman yang lain berkelakar. "Pasti, sudah ada sinyal internet!"
Karena ketidakbiasaannya itu, dia meladeni teman llamanya itu. Tanpa peduli waktu, mereka bertukar kabar hingga berbagi kisah-kisah lama.
Pembicaraannya lebih pada kenangan masa lalu. Tentang kebersamaan mereka di bangku kuliah.
Tinggal bersama di asrama hampir tujuh tahun. Pastinya sudah kenal satu sama lain. Makanya, pembicaraan menjadi panjang dan hangat. Â
Pelbagai kisah-kisah lama menyelingi malam sunyi itu. Tidak peduli waktu sudah beranjak subuh.
Siapa pun pasti betah mengulangi kisah masa lampau. Terlebih lagi ketika lawan bicara adalah teman yang satu dan sama melewati pengalaman tersebut. Ada rasa yang sulit dibahasakan ketika berbicara tentang pengalaman manis di masa silam.
Sekitar pukul 02.30 dini hari, dia pamit tidur. Setelah itu, dia tidak mau peduli lagi. Tidur dalam bekas-bekas kenangan masa lampau.
Hingga keesokan harinya, beberapa pesan masuk ke handphonenya. Tidak biasanya. Pasti ada sesuatu yang penting dan mendadak. Yang paling banyak adalah pesan di grup angkatan sewaktu kuliah. Lebih dari 50-an pesan yang tertera di grup itu.
Kabar dukacita. Membaca kabar itu, dia begitu kaget. Tidak percaya. Teman chatnya semalam meninggal dunia.Â
Lebih mengejutkan membaca waktu kematian temannya itu. Kabarnya dia diperkirakan sudah meninggal dunia menjelang tengah malam. Dia ditemukan tidak bernyawa di kamarnya sekitar pagi hari. Â
Bagaimana mungkin. Mereka sempat bertukar kabar di waktu tengah malam hingga dini hari. Lantas, siapakah yang berchat dengannya semalam. Aneh. Bulu kuduknya perlahan berdiri.
Dia juga bingung. Dia menanyakan kepastian kabar duka itu ke grup teman angkatan di WA. Akan tetapi, jawaban begitu lama. Lantas, dia masuk ke Facebook. Barangkali dia bisa chat ke messengernya.
Ketika baru membuka halaman Facebook-nya, dia menemukan pelbagai ungkapan duka tentang kematian temannya itu. Benar. Teman lama sekaligus teman chatnya semalam itu sudah pergi.
Tiba-tiba, seorang teman angkatan mengirimkan pesan balasan di grup chat. Kebetulan teman angkatan ini satu tempat kerja dengannya.
Dia mengabarkan kalau dokter memperkirakan dia meninggal dunia sebelum tengah malam. Kena serangan jantung.
Seorang pelayan hotel menemukannya tak bernyawa di kamar. Karena dia tidak muncul di ruang makan, lantas seseorang meminta pelayan hotel ke kemarnya.Â
Kebetulan, dia sementara mengikuti seminar di kota Kupang. Yang membuatnya bertambah bingung, ternyata dia tidak meninggal di Timor Leste. Pasalnya, di pesannya dia mengatakan kalau dia sementara berada di Timor Leste. Karena itu pula, dia sempat berkelakar. "Pasti sudah ada sinyal."
Kupang dan Timor Leste, dua tempat yang sangat berbeda. Mungkin saja, dia chat dengan orang berbeda. Namun, mengapa dia sampai tahu baik kebersamaan mereka di waktu lampau. Â
Dalam ketidakpercayaan itu, dia mengisahkan itu ke grup chat. Kisah chat tengah malam.
Tanpa peduli reaksi teman-teman angkatan, dia menutup akun media sosial. Sempat terdengar ringtong beberapa pesan baru masuk, namun rasa shock lebih kuat untuk mengabaikan pesan-pesan itu.
Salam
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H