Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dilema Resign, Saat Keputusan Pribadi Terbentur Keinginan Orangtua

2 Oktober 2020   17:19 Diperbarui: 3 Oktober 2020   15:58 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dilema resign (Sumber: www.pixlr.com)

Maka tidak heran, orang mencari hiburan seperti lewat mengonsumsi minum-minuman keras. Akan tetapi, ada yang berani mengambil jalannya sendiri. Berhenti dari pekerjaan tersebut. Pilihan ini terbilang berani sekaligus tepat.

Ya, daripada tidak bahagia dan terbebankan dengan pekerjaan, lebih keluar mencari tantangan baru yang bisa memberikan kebaikan pada diri. Pun daripada mengambil jalan salah hanya karena situasi di tempat kerja yang sudah tidak nyaman, lebih baik berusaha di tempat lain.

Namun, kadang kala keputusan berhenti dari sebuah pekerjaan berbenturan dengan kehendak orangtua. Pasalnya, orangtua membiayai pendidikan dengan dalil agar anak-anak bisa mendapat penghidupan yang layak lewat pekerjaan. 

Ketika seorang anak sudah bekerja, orangtua merasa bangga dengan usaha mereka dalam membiayai pendidikan anak-anak.

Oleh sebab itu, ketika seorang anak memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan, orangtua cenderung merasa kecewa tanpa mencerna alasan di balik keputusan itu. Orangtua menilai bahwa berhenti dari pekerjaan merupakan sebuah kegagalan.

Padahal, ada pelbagai faktor di balik keputusan itu. Ketika tidak dijelaskan dengan baik, hal ini bisa menimbulkan benturan antara anak dan orangtua.

Memang sangat susah bekerja karena motif kehendak orangtua. Ketika selesai sekolah, orangtua menginginkan agar anak-anak mereka harus langsung mendapatkan pekerjaan. Padahal, mencari pekerjaan itu bergantung pada minat anak juga dan ketersediaan lapangan pekerjaan.

Pada saat seorang anak memilih berhenti dari pekerjaannya, orangtua menjadi murka. Mereka tidak mau anak mereka menjadi pengangguran. Padahal, dia berhenti karena situasi yang sudah tidak nyaman di pekerjaannya itu.

Situasi seperti ini memberikan beban batin kepada seorang anak. Dia menjadi tidak bebas, berhenti dari pekerjaan menjadi salah. Jadinya, dia bekerja hanya demi kehendak orangtua.

Seyogianya, seorang bekerja karena keputusan pribadi. Terus bekerja ataukah berhenti, semuanya itu bergantung pada keputusan seorang anak. Orangtua seyogianya berperan untuk mendukung setiap keputusan yang terlahir.

Dengan ini pula, orangtua bisa menuntun seorang anak pada pribadi yang dewasa dalam menghadapi setiap keputusan. Mereka bisa mengambil keputusan. Keputusan itu pun didukung oleh orangtua. Alhasil, di balik setiap keputusan seorang anak merasa senang dan mau mencari kesempatan dan peluang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun