Akan tetapi, kebijakan ini akan terdengar nyaring bunyinya tanpa hasil memuaskan apabila pada level masyarakat tidak ada kesadaran. Kesadaran itu menyangkut tentang makna kesehatan.
Seharusnya, di balik setiap kebijakan, pertimbangan pada kesadaran dan mentalitas masyarakat sangat perlu dipertimbangkan. Apakah masyarakat siap menerjemahkan setiap kebijakan dalam hidup harian?
Faktor mentalitas masyarakat menjadi salah satu pertimbangan di balik setiap kebijakan. Karantina tidak menjadi jaminan dari keberhasilan dari sebuah kebijakan apalabila tidak dibarengi dengan mentalitas masyarakat.
Misalnya, situasi karantina total di Filipina. Meski pemerintah sudah mengerahkan pihak keamanan dalam menerapkan aturan karantina total, tidak sedikit orang yang tidak peduli dengan situasi. Terbukti dengan pelbagai pelanggaran yang terjadi selama masa karantina. Dengan ini, masyakat tidak memahami dengan baik alasan di balik pemberlakuan karantina.
Bahkan masyarakat begitu pandai mencari cara agar bisa keluar dari situasi sulit. Misalnya, dalam aturan karantina, pemerintah melarang untuk menjual minuman keras. Kalau kedapatan, mereka akan diproses secara hukum.
Agar bisa memenuhi dahaga untuk mengonsumsi minuman keras, beberapa pihak rela menggunakan kendaraan pengangkut jenasah dan bahkan mobil medis untuk mengangkut minuman keras.
Situasi ini menunjukkan bahwa faktor kesadaran masyarakat tentang sebuah situasi termasuk segala kebijakan di dalamnya menjadi hal yang perlu diperhatikan secara serius.
Tarik rem dengan pemberlakuan kembali PSBB total juga berdampak signifikan apabila kesadaran masyarakat sudah terbangun tentang protokol kesehatan. Kesadaran masyarakat tentang makna protokol kesehatan dan PSBB sangatlah penting agar PSBB itu bukan berakhir hampa dan sia-sia.
Akan tetapi, apabila masyarakat belum sadar pada protokol kesehatan tersebut, atau juga mereka menjalaninya karena faktor taat dan takut pada otoritas, kebijakan itu tidak membuahkan hasil.
Kebijakan PSBB ini tentunya hanya sementara waktu. Susah kalau hal ini diberlakukan untuk jangka waktu yang lama karena itu bisa mempengaruhi aspek lainnya.
Selain itu, masih ada belum ada vaksin untuk Covid-19. Boleh jadi, selepas PSBB dilonggarkan, situasi yang sama akan kembali terjadi. Tentunya, kita tidak ingin PSBB kembali diterapkan.