Presiden Jokowi sudah berupaya untuk mengendalikan efek dari pandemi korona. Namun, kerap kali upaya ini tidak dibarengi dengan tanggapan masyarakat. Terbukti di beberapa hari terakhir.
Sewaktu melakukan pendaftaran di Pilkada, tidak sedikit calon dan pendukungnya yang tidak mematuhi aturan. Mencermati situasi ini, langkah dari pusat tidak dibarengi dengan mentalitas masyarakat. Dengan kata lain, upaya Presiden Jokowi tidak dibarengi dengan situasi di tengah masyarakat.
Maka dari itu, Presiden Jokowi bisa mengambil langkah yang lebih tegas. Ataukah, jalan yang bisa menghadirkan efek jera bagi masyarakat yang tidak patuh pada protokol kesehatan.
Barangkali Presiden Jokowi juga tidak nyaman dengan situasi yang terjadi. Memang situasinya cukup dilematis, antara ekonomi dan kesehatan. Namun, melihat fakta yang terjadi, rupanya kesehatan tidak boleh dianggap enteng. Apalagi menempatkan kesehatan di bawah aspek ekonomi. Keduanya harus diimbangkan.
Penolakan dari 59 negara menunjukkan jika mereka mempertimbangkan dari aspek kesehatan. Mereka tidak peduli apakah ekonomi Indonesia dalam kondisi kondusif ataukah tidak.
Yang dipedulikan adalah aspek kesehatan. Maka dari itu, mungkin Presiden Jokowi perlu memikirkan langkah yang strategis agar penolakan demi penolakan dari pelbagai tidak terjadi, tetapi negara-negara malah kembali membuka pintu untuk Indonesia.
Barangkali Presiden Jokowi tidak nyaman dengan penolakan ini. Di balik ketidaknyamanan ini, sekiranya ada solusi yang tepat sasar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H