Ada beberapa topik yang menjadi sorotan di Kompasiana beberapa pekan terakhir. Dua dari topik itu tentang Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dan rumor kepergian Lionel Messi dari Barca. Dua topik ini bercampur dengan ragam topik lainnya.
Saya coba melihat sisi kesamaan dari dua topik ini. Sebelum membedah persamaannya, perbedaannya sudah sangat jelas.
Pada satu sisi, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) terlahir karena dorongan moral untuk menyelamatkan situasi bangsa Indonesia. Konteksnya, negara Indonesia yang dihiasi oleh konteks sosial, budaya, politik, dan keamanan tertentu.
Sementara itu, Lionel Messi adalah salah satu pesepakbola tersohor di dunia untuk saat ini. Berbicara tentang sepak bola untuk satu dekade terakhir ini selalu melekat dengan pemain yang berjuluk La Pulga ini.
Messi hengkang dari Barca dinilai spesial dan mengejutkan. Pasalnya, pemain asal Argentina ini sudah menganggap Barca serupa dengan rumahnya sendiri. Â Barca bukan saja tempat berkarir sebagai pesepakbola, tetapi rumah yang telah menempahnya seperti saat ini.
Jadi, secara konteks KAMI dan Lionel Messi sangat berbeda antara satu sama lain.
Lantas apa persamaan antara KAMI dan Lionel Messi?
Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) muncul sebagai gerakan moral di tengah Indonesia bergelayut dengan situasi pandemi. Situasi pandemi menghantam Indonesia pada pelbagai sisi. Tidak heran, nampak goncangan di kehidupan sosial.
Barangkali karena ini, KAMI hadir sebagai gerakan untuk menyelamatkan Indonesia. Gerakan ini menjadi soroton karena beberapa figur yang terlibat di dalamnya. Beberapa di antaranya adalah wajah-wajah yang cukup familiar di dunia politik di tanah air.
Karena ini, tidak sedikit orang melihat bahwa KAMI serupa gerakan politik yang bertopeng seruan-seruan moral. Pasti ada kepentingan politik yang sementara mau diangkat.
Hemat saya, pada akhirnya juga, topeng itu tersingkap saat gerakan itu menguat atau juga berhadapan dengan kontestasi politik. Sangat sulit menyembunyikan motif politik apabila peluang berpolitik itu akan terbuka.
Ya, kontestasi politik adalah peluang berpolitik dan biasanya membuka selubung identitas yang sebenarnya dari orang tertentu. Tawaran kursi kekuasaan lewat kontestasi politik bisa meluluhkan hati seseorang yang biasanya mengritik pemerintah.
Namun, sejauh ini KAMI menyatakan bahwa mereka hadir sebuah gerakan moral untuk "mengusik" pemerintah melihat ketimpangan di tengah masyarakat.
Untuk konteks demokrasi, apabila gerakan ini murni berlatar kepentingan moral bangsa, gerakan ini patut diapresiasi secara positif. Toh, sebuah negara membutuhkan orang-orang yang bisa mengontrol dan mengeritik negara secara positif.
Berbeda dengan KAMI, Lionel Messi melakukan gerakan yang cukup menggoncangkan klub Catalonia, Barcelona. Pemain bernomor 10 di Barca ini ingin hengkang dari klub yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya.
Persoalan hengkangnya seorang pemain dari sebuah tim bukanlah hal baru. Sudah biasa dan normal terjadi di setiap awal bursa transfer. Namun, hal ini menjadi tidak biasa bagi seorang Lionel Messi yang dinilai sebagai pemain yang seolah "die hard" dengan Barcelona.
Biang dari hengkangnya anak emas Camp Nou, bukan semata-mata karena laga tragis kontra Bayern Munchen. Hal itu seolah puncak dari ketidakpuasan mega bintang pada situasi manajemen klub.
Dengan kata lain, niat hengkangnya Messi bisa saja merupakan gerakan untuk mengusik manajemen agar berbenah. Apabila Messi hengkang, situasi klub bisa berpengaruh dan kemudian banyak pihak juga yang akan menyoroti kerja manajemen klub. Termasuk dalam mengamankan bintang mereka itu. Â
Ya, bagaimanapun Messi telah membawa pengaruh yang luar biasa bagi Barca. Pengaruh itu bukan saja di lapangan hijau. Akan tetapi, itu juga berhubungan dengan soal bisnis.
Melepaskan Messi bisa berarti menghilangkan pendapatan klub itu sendiri. Messi menjadi magnet bagi banyak orang untuk mengenal Barca. Entah berapa orang yang pergi menonton Barca bertanding hanya karena efek Messi. Makanya, tidak sedikit orang yang mulai berpikir apa jadinya Camp Nou apabila Messi dibiarkan pergi ke klub lain. Â
Mungkin niat hengkang dari Barca menjadi cara Messi untuk protes pada manajemen klub. Messi hengkang, dan dia membiarkan penggemar Barca "menghakimi" manajemen Barca sendiri.
Maka dari itu, tidak sedikit pihak juga yang melihat bahwa andaikata Presiden Klub, Jose Bartomeu undur diri dari jabatannya, hal itu mungkin mengubah hati Messi untuk hengkang. Dengan ini pula, gerakan Messi untuk hengkang berhasil menurunkan Presiden klub dari puncak kekuasaan. Â
KAMI dan Messi mempunyai intensi yang sama. Mereka bisa saja beraksi untuk mengusik ruang kepemimpinan agar bisa melakukan pembenahan.
Terlepas dari kepentingan terselubung di masing-masing pihak, paling kurang antara KAMI dan Messi saat ini mempunyai misi agar sebuah organisasi seperti negara untuk konteks KAMI dan klub sepak bola bagi Lionel Messi bisa berbenah. Perubahan dan pembenahan adalah tujuan yang dicari oleh kedua belah pihak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H