Partai Amanat Nasional (PAN) mengundang Presiden Jokowi untuk memberikan pidato pada hari ulang tahunnya yang ke-22. Meski pidato ini disampiakan secara virtual, namun itu bisa membahasakan relasi politik di antara kedua belah pihak.
PAN sendiri masih berada di barisan oposisi, walaupun kadarnya tidak terbilang keras. Terbukti, mereka masih mau mengundang Presiden Jokowi untuk berbicara di Hut partai. Padahal, PAN boleh saja mengundang orang lain seperti mantan presiden seperti SBY untuk berbicara di forum mereka.
Lantas, mengapa mereka mengundang Jokowi?
Boleh saja, PAN berasalan jika Presiden Jokowi diundang dalam kapasitasnya sebagai seorang Presiden RI. Suatu kehormatan untuk meminta Pemimpin negara menyampaikan pidato pada acara partai.
Toh, menjadi presiden itu bukan untuk satu dan dua partai semata, tetapi dia menjadi kepunyaan semua. Dengan kata lain, perbedaan politik di masa kontestasi tidak menjadi hambatan untuk menjalin relasi dalam kapasitas seseorang sebagai pemimpin dan rakyat.
Bagi Presiden Jokowi sendiri, tangapan dari undangan ini merupakan tanggung jawab moral sebagai seorang kepala negara. Perbedaan politik tidak menjadi alasan untuk membedakan pelayanan kepada rakyat. Beliau boleh dituntun oleh beberapa partai, tetapi sewaktu beliau duduk di kursi Presiden, dia mempunyai tanggung jawab moral untuk semua partai.
Menariknya, dalam pidatonya ini, Presiden Jokowi menyatakan bahwa PAN mempunyai agenda yang berjalan searah dengan pemerintah. Terlebih lagi, PAN terlahir di era reformasi.
Pernyataan ini bisa membahasakan pengakuan atas keberadaan PAN. Bukan tidak mungkin, pintu kabinet bagi PAN terbuka lebar andaikata Presiden Jokowi merealisasikan perombakan kabinet.
Undangan PAN pada Presiden Jokowi bisa membahasakan kedekatan di antara mereka. PAN mulai berlaku lembut sebagai oposisi sekaligus membuka pintu untuk menerima pinangan Presiden Jokowi andaikata beliau menawarkan jabatan tertentu.
Sebaliknya, Presiden Jokowi barangkali berpikir untuk menarik kader PAN menjadi bagian dari pemerintahan laiknya apa yang dia lakukan pada kader Gerindra. Menarik kader PAN bisa menguatkan relasi yang sementara tumbuh.
Bukan tidak mungkin, langkah ini bisa menimbulkan reaksi keras dari salah seorang pioner PAN, Amien Rais walaupun beliau menyatakan sudah meninggalkan partai tersebut. Melansir berita dari Kompas. Com (24/7/20), Amien Rais menyatakan bahwa dia sudah keluar dari PAN.