Tentunya, keputusan ini belumlah tuntas. Yang paling penting adalah upaya tim untuk melakukan pembaharuan di tubuh tim sendiri.
Tidak sedikit pemain Barca yang sudah berada di usia 30-an tahun ke atas. Beberapa di antaranya masih diberi tempat dan pengaruh di skuad. Karena ini, kerap kali para pemain muda yang seharusnya ditempah agar bisa menjadi penerus klub malah kurang mendapat ruang untuk bermain.
Mengandalkan pemain yang sudah berusia senja menghasilkan petaka. Vidal, Luiz Suares, Gerard Pique, Jordi Alba, dan Lionel Messi kalah cepat dengan para pemain muda kepunyaan Bayern Munchen. Mungkin pelatih terlalu melihat nama besar, tetapi sebenarnya mereka sudah agak keropos secara fisik untuk bersaing dengan tim-tim yang mengedepankan para talenta muda.
Selain merampingkan skuad dari para pemain yang terarah pada usia senja, Barca juga harus benar-benar merekrut pelatih yang tidak sekadar mengendalikan permainan tim dari luar lapangan hijau. Akan tetapi, Barca juga membutuhkan pelatih yang bisa mengontrol ruang ganti.
Memang tidak gampang berhadapan dengan klub yang mempunyai multi talenta seperti Barca. Dengan ini, Barca membutuhkan sosok yang mempunyai karakter yang cukup kuat dan tegar berhadapan dengan pemain bertalenta di Barcelona.
Sampai saat ini, Barca belum memberikan suara final tentang siapa yang akan menjadi pelatih tim senior. Pelbagai nama mencuat ke permukaan.
Bahkan Thiery Henry, yang merupakan mantan pemain Barca dan pernah melatih AS Monaco juga hadir ke permukaan. Dengan ini, manajemen klub seolah berada di persimpangan jalan untuk menemukan sosok yang tepat.
Pep Guardiola bisa menjadi salah satu alternatif. Terlebih lagi, menguat isu jika Pep bisa saja menjadi korban pemecatan selepas kekalahan menyakitkan dari Lyon di ajang Liga Champions. Pilihan ini bisa menjadi masuk akal mengingat rekam jejak Pep di Barca.
Seyogianya Barca sudah mempersiapkan sosok seorang pelatih sebelum tragedi di Lisbon. Pasalnya, penampilan Barca di bawah Setien tidak menjanjikan. Tidak berubah selepas pemecatan Valverde. Malah trofi La Liga raib dan pergi ke rival, Real Madrid.
Terlebih lagi, Setien tidak terlalu berpengaruh bagi tim. Contohnya saja, dalam salah satu laga di kompetesi La Liga kontra Atletico Madrid (1/7/20). Saat itu Barca ditahan imbang 2-2. Karena ini, Barca kehilangan poin dan posisi pertama pergi ke Real Madrid.
Hal yang tampil di media dalam laga ini adalah para pemain Atletico begitu kompak mendengar instruksi pelatih mereka, Diogo Simeone. Sementara itu, para pemain Barca terpencar tanpa peduli pada pelatih. Seharusnya, mereka juga harus bersatu untuk mengikuti instruksi pelatih sebagaimana yang dilakukan oleh Atletico Madrid.