Reaksi dari tuan tanah pada perantau kerap menghiasi kehidupan sosial. Pada saat orang-orang dari tanah rantau lebih maju, tidak sedikit orang yang merasa cemburu dan tidak suka dengan situasi itu. Bahkan ada yang menilai secara ekstrem untuk berhati-hati agar para perantau tidak boleh menjadi "penguasa".
Pikiran seperti ini terlalu sempit. Apa yang dilakukan para perantau sebenarnya menjadi rangsangan bagi tuan tanah. Ternyata, tidak perlu pergi ke tempat jauh untuk bisa mencari nafkah. Perlu belajar dari orang-orang rantau yang bisa bekerja dan menghasilkan uang.
Mereka berasal dari tempat jauh, tetapi mereka bisa mengubah situasi menjadi tempat penghidupan. Bukannya melihat keberhasilan mereka itu sebagai ancaman yang bisa meminggirkan pemilik tanah dari kehidupan sosial.
Pandangan seperti ini kerap menjadi pemicu konflik sosial. Gara-gara orang-orang dari tempat rantau lebih maju, banyak pemilik tanah yang merasa terancam. Ujung-ujungnya menciptakan gap yang memisahkan diri dengan orang-orang dari tanah rantau dengan tuan tanah.
Orang-orang rantau mendapat pembatasan tertentu. Mereka tidak boleh mengalami kehidupan sebagaimana yang dialami oleh tuan tanah. Kalau tidak mengikuti aturan tuan tanah, mereka diancam untuk diusir.
Keberhasilan para perantau merupakan sebuah perangsang. Ternyata, tanah yang mungkin dinilai tidak produktif bisa menjadi tanah yang bermanfaat. Pekerjaan yang dipandang rendah, ternyata pekerjaan itu bisa menghasilkan uang.
Sebelum bakso yang dijual dengan jasa sepeda motor menjamur saat ini di kota kami di Flores, banyak orang yang memanfaatkan jasa bakso gerobak. Umumnya, mereka yang menjual bakso, baik itu saat ini maupun dulu, adalah mereka yang berasal dari pulau Jawa.
Kota kami berada di bawah kaki bukit. Beberapa medan jalannya cukup mendaki. Namun, penjual bakso gerobak tidak melihat itu sebagai halangan untuk mencari rejeki. Bahkan karena mereka, banyak penduduk yang bisa menikmati bakso langsung di rumah.
Menariknya, tanpa rasa malu mereka mendorong gerobak bakso dari gang ke gang. Usianya mereka umumnya masih muda. Tidak gengsi dan tidak malu untuk menjalani pekerjaan di tempat orang lain. Tidak putus asa berhadapan dengan situasi yang terjadi.
Pada sisi lain, hal itu sangat sulit dilakukan oleh tuan tanah. Faktor gengsi bisa saja menjadi salah satu sebab untuk melakukan pekerjaan seperti itu.
Dampak lebih lanjut, para perantau mendapat pendapatan dan penghidupan. Sementara, tuan tanah tidak mempunyai pekerjaaan.