Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Filipina, Anak Perempuan Jadi Wali Kota Gantikan Ayahnya yang Jadi Presiden

21 Juli 2020   08:43 Diperbarui: 21 Juli 2020   08:44 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik dinasti menjadi salah satu ulasan yang mengiringi kehadiran putera sulung dari Presiden Jokowi di dunia politik. Seperti ayahnya, Gibran pindah haluan dari dunia bisnis ke dunia politik. Dua dunia berbeda dengan resikonya masing-masing.

Kota Solo menjadi titik tolak Gibran berpolitik. Kota Solo juga menjadi titik tolak ayahnya berpolitik hingga terpilih menjadi Presiden.

Dengan ini, kota Solo mempunyai peran sentral dalam pembentukan karir Presiden Jokowi. Ini juga bisa menjadi tempat bagi Gibran menunjukkan diri dalam berpolitik.

Kehadiran ayah dan anak dalam dunia politik menguatkan identitas politik dinasti. Sebuah keluarga tertentu mempunyai pengaruh dalam berpolitik. Atau juga, hanya keluarga-keluarga itu saja yang naik dan menjadi pemimpin politis. Pertanyaan yang muncul, apakah tidak ada orang lain selain keluarga itu?

Jawabannya beragam. Bisa saja ada, tetapi pengaruh keluarga itu begitu kuat. Barangkali juga, keluarga itu mendapat kepercayaan lebih dari rakyat daripada sosok-sosok lain.

Negara Filipina juga lekat dengan politik dinasti. Salah satu contoh paling nyata adalah keluarga dari Presiden Filipina saat ini, Presiden Duterte.

Seperti Jokowi, sebelum menjadi Presiden Duterte adalah seorang walikota Davao, salah satu kota bagian Selatan Filipina di pulau Mindanao. Beliau memimpin kota ini dalam jangka waktu yang lama. Hingga, dia pun mencalonkan diri menjadi Presiden pada tahun 2016.

Mencalonkan diri untuk pertama kalinya, Presiden Duterte berhasil memenangi kontestasi politik di Filipina. Padahal, lawan-lawan politiknya sudah sangat familiar dengan dunia politik nasional.

Bahkan salah satu lawan dari Presiden Duterte adalah seorang mantan wakil presiden. Namun, rakyat lebih memilih seorang walikota daripada seorang wakil presiden.

Hasil dari pemilihan ini bisa berbicara banyak hal. Ini bisa membahasakan soal preferensi rakyat tentang figur seorang pemimpin tanpa peduli rekam jejak politik tiap kandidat.

Rekam jejak Presiden Duterte sangat positif sewaktu menjabat walikota. Dia dikenal sebagai salah seorang walikota yang sangat disipilin.

Kedisiplinan itu menyata lewat upayanya menjadikan kotanya sebagai kota bebas obat-obat terlarang. Catatan positif ini menjadikan Presiden yang terlahir di tahun 1945 ini terpilih dan menyingkirkan saingan-saingan lain dari level nasional.

Presiden Duterte naik ke level nasional. Beberapa anaknya juga ikut dalam dunia politik.

Sewaktu Presiden Duterte naik tangga Presiden, puterinya Sara Duterte juga terpilih sebagai walikota Davao. Jadinya, ayah yang walikota naik kursi presiden, dan anak mengisi kursi kosong walikota.

Anak perempuan dari Presiden Duterte bukanlah figur asing di dunia politik. Dia sudah familiar dengan kehidupan politik di kota Davao.  

Menariknya lagi, salah seorang anak laki-laki dari Presiden Duterte yang sekaligus saudara dari walikota terpilih sebagai wakil walikota di kota yang sama. Jadinya, ayah jadi presiden, sementara anak-anak menjabat walikota dan wakil walikota. Satu keluarga menduduki satu kota yang sama.

Keterpilihan dalam sebuah kontestasi selalu erat kaitannya dengan kepercayaan dari pemilih. Boleh saja, kekuasaan keluarga Presiden Duterte yang terjadi dalam satu kota yang sama terlahir karena kepercayaan masyarakat. Kepercayaan itu hadir karena performa keluarga ini dalam memimpin dan membangun kehidupan bersama.  

Persoalannya jika politik dinasti itu terbangun demi melanggengkan kepentingan keluarga semata. Seseorang yang tidak berkompeten sama sekali di dunia politik seolah dipaksakan untuk masuk ke dunia politik guna memenuhi ambisi keluarga semata.

Tidak masalah jika keluarga juga menghadirkan sosok-sosok yang berkualitas untuk terjun dunia politik. Mereka menunjukkan diri sebagai pemimpin politis yang berkualitas dan bisa menjawabi kebutuhan masyarakat. Bukannya sekadar hadir untuk menggenapi kepentingan keluarga.

Toh, berpolitik untuk sebuah keluarga juga demi nama baik keluarga itu sendiri. Saat tampil baik sebagai pemimpin politis dalam kehidupan bermasyarakat, rakyat pun akan semakin menaruh rasa respek dan percaya pada performa yang ditampilkan keluarga tersebut.

Politik dinasti memang sangat rumit. Salah sebab kerumitannya adalah mendeteksi intensi mendasar di balik keterlibatan keluarga tersebut. Kalau intensi mendasarnya untuk kebaikan rakyat, hal itu bisa diterima. Tetapi kalau intensi mendasar untuk kepentingan keluarga semata, hal itu bisa menjadi tantangan dan bahaya bagi keluarga itu sendiri.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun