Pengalaman kemarin siang. Seorang pemuda duduk di atas sepeda motornya sambil memainkan phonenya. Wajah baru untuk saya, tetapi terlihat akrab dengan beberapa teman yang lain. Sesekali dia berbicara dengan mereka. Tampak serius.
Saya agak penasasaran. Lantas, saya bertanya kepada salah seorang pegawai. Dia mengatakan jika dia dari salah satu rumah jasa pemakaman (funeral home). Dia datang untuk menagih utang yang tersisa dari salah satu keluarga.
Saya menjadi terkejut. Berutang di rumah jasa pemakaman. Kabarnya, keluarga yang berutang mengambil servis di funeral home itu sewaktu salah satu anggota keluarga mereka meninggal dunia.
Harga servis yang dipilih keluarga ini cukup mahal. Sebagai jalan keluar, mereka berutang dari servis itu. Kesepakatan, utang dan servis dulu, bayar kemudian.
Namun, situasi menjadi rumit. Utang itu malah menjadi persoalan bagi rumah jasa pemakaman. Mereka seolah mengejar keluarga yang berutang untuk membayar sisa uang. Â
Saya semakin terkejut saat utang dari keluarga itu sudah sejak bulan Januari lalu. Sedihnya, pemuda ini sudah beberapa kali bolak balik ke rumah keluarga yang berutang. Â Situasinya tetap sama. keluarga itu kerap menghilang dari kediaman mereka saat pemuda ini datang.
Saya mengatakan kepada pemuda itu untuk mengambil nomor phone mereka dari pegawai kami. Pasalnya, pegawai kami adalah tetangga dari keluarga itu.
Pemuda itu menjawab bahwa panggilannya kerap tidak dijawab. Aktif tapi tidak diangkat. Saya hanya tersenyum dan kemudian pergi melanjutkan pekerjaan saya.
Banyak sebab dan akibat dari berutang. Sebabnya karena impitan kebutuhan ekonomi atau juga mengejar keinginan dan gengsi tertentu.
Akibatnya, relasi bisa menjadi rusak. Reputasi tergerus karena utang. Contohnya, keluarga yang berutang servis dari rumah jasa pemakaman ini. Mereka terbilang keluarga berada. Banyak dari antara keluarga mereka yang tinggal di luar negeri.
Hal inilah mengherankan tetangga mereka. Keheranan ini pun dibarengi dengan pikiran negatif pada keluarga itu. Gara-gara utang, reputasi keluarga menjadi tidak di mata orang lain. Â Â
Selain itu, akibat lanjutnya adalah relasi antara pemilik uang dengan yang berutang. Kalau ditanyakan, yang berutang cenderung menghindar dan memberikan banyak alasan. Bahkan ada yang marah kepada pemilik utang.
Persoalan lain dari berutang adalah social distancing (jaga jarak). Jaga jarak ini biasanya diciptakan oleh orang yang berutang. Menghilang tanpa kabar sambil berharap pemilik uang tidak datang dan mencari. Juga, saat bertemu dengan pemilik uang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Pemuda dari funeral home itu mengalaminya sendiri. Gara-gara utang, yang berutang menciptakan social distancing. Sangat sulit untuk mencari keluarga yang berutang. Padahal, dia datang di hari Minggu, di mana anggota keluarga ini tidak bekerja.
Hemat saya, tidak ada teknik khusus untuk mencegah sistim utang-berutang. Sistem ini selalu ada dalam relasi sosial, begitu pun persoalannya.
Ya, ada orang yang mempunyai kepribadian seolah suka berutang. Menumpuk utang bukan menjadi persoalan baginya, tetapi menjadi persoalan bagi pemilik uang. Mempunyai banyak pendapatan, tetapi pendapatan itu seolah kerap tidak mencukupi.
Berutang dijadikan jalan untuk memenuhi hasrat pada kesenangan tertentu. Kalau tidak dikontrol, pendapatan akan semakin tidak bernilai dan utang semakin membebankan.
Biasanya, dua pilihan di dalam sistem utang berutang. Menutup pintu bagi orang yang datang berutang, ataukah memberikan pinjaman. Langkah paling ekstrem adalah menutup pintu bagi yang datang meminjam tanpa peduli pada situasi yang mereka alami.
Kita juga memberikan pinjaman asalkan itu berjalan sesuai dengan kesepakatan tertentu. Hitam di atas putih jika pinjaman itu bernilai besar. Dengan ini, kita mempunyai jaminan jika pemilik utang tidak menciptakan jaga jarak.
Yang paling penting adalah tidak berutang sama sekali. Hidup sesuai kebutuhan dan seturut pendapatan. Tidak perlu hidup menurut keinginan dan melampaui pendapatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H