Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Polisi Bunuh Diri", Dampak Kejam dari Berutang dan Pelajarannya

13 Juni 2020   07:20 Diperbarui: 13 Juni 2020   07:36 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Lattelandkc.com

Kabid Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja mengatakan korban nekat bunuh diri karena terlilit utang dan tidak sanggup membayar.

Mencermati motif bunuh diri, kita bisa melihat jika berutang sangatlah beresiko. Ini bukan hanya mempengaruhi relasi sosial, tetapi itu bisa menekan mental seseorang yang berutang.

Entah apa motif dari pelaku berutang. Tetapi jika dipikir-pikir, si pelaku mempunyai gaji bulanan. Gaji bulanan ini terlihat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga berutang menjadi pilihan.

Saya kira aksi ini terlahir karena tekanan batin di balik tumpukan utang. Utang yang barangkali sudah terbilang banyak hingga si pelaku bunuh diri merasa tidak mampu membayar atau juga tidak menemukan jalan keluar bagaimana bisa memecahkan persoalan utang yang dihadapinya.

Bertolak dari aksi bunuh diri ini, satu pelajaran yang bisa dipetik adalah berutang tidak bisa memberikan kebahagiaan. Barangkali itu bisa memberikan kesenangan, tetapi hanya sesaat. Selebihnya, kita akan dihantui oleh beban. Beban mental mengenai prihal bagaimana membayar utang tersebut. Pas tidak ada jalan keluar, jalan lain, bahkan jalan terburuk seperti bunuh diri, diambil. 

Apalagi jika jumlah utang begitu banyak dan jumlahnya melebihi pendapatan kita. Hal ini akan membuat beban batin yang bisa berujung ketidaknyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kalau tidak kuat memikul beban itu atau tidak cara lain membayar utang itu, kita bisa terjebak pada perbuatan yang salah.

Mungkin kecuali mereka yang "bermuka tebal". Nekat berutang tanpa peduli bagaimana membayar utang tersebut dan tanpa peduli perasaan dari pemilik uang.

Ya, ada orang yang suka berutang, tetapi mereka tidak terlalu peduli pada pembayaran. Menariknya, mereka ini tidak malu. Muka tebal! Malah, yang malu adalah mereka yang mempunyai uang. Malu untuk meminta karena pelbagai alasan yang dilontarkan dan disampaikan. Jadinya, diam sembari berharap utang itu bisa terbayar. hehehe.

Solusi dari berutang adalah tidak boleh berutang. Titik! Solusi yang paling ampuh. 

Selain itu, berutang hanya dibuat jika kebutuhan yang sangat mendesak, dalam mana kita tidak menemukan cara lain untuk menyelesaikan masalah kita hadapi. Kita berutang bukan untuk mendapatkan kesenangan. Lalu, saat kita memiliki uang untuk membayar, kita segera membayarnya. Tidak tunggu pemilik uang memintanya. Dengan kata lain, kita segera melepaskan diri dari utang yang kita miliki.

Utang bisa menyebabkan sakit mental dan persoalan sosial. Seyogianya sebisa mungkin kita menghindari dari kebiasan berutang. Siapkan dana darurat agar kita tidak terjebak pada praktik berutang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun