Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah LDR Menjadi Sebab Perselingkuhan?

4 Juni 2020   08:30 Diperbarui: 4 Juni 2020   08:31 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Relasi jarak jauh (long distance relationship) Sumber foto: weheartit.com

Tulisan ini bermula dari perbincangan di depan teras rumah salah satu tetangga. Kemarin petang. Perbincangan kami bermula dari proses karantina yang diberlakukan pemerintah Filipina.

Beberapa orang dari luar provinsi di mana saya tinggal baru tiba. Aturannya, setiap orang yang berasal dari luar provinsi ini harus mengikuti prosedur karantina sebelum pergi ke rumah mereka masing-masing.

Mereka dikarantina di salah satu gedung sekolah. Tujuh hari di sekolah itu, lalu dilanjutkan dengan tujuh hari lain di fasilitas karantina milik desa mereka masing-masing.

Perbincangan menjadi bercabang karena sebagian besar yang dikarantina berasal dan bekerja di luar negeri.

Ya, negara Filipina menjadi salah satu negara di dunia yang banyak mengsuplai tenaga kerja ke luar negeri. Sejauh pengamatan saya, bekerja di luar negeri menjadi pilihan banyak orang di Filipina. Karena ini, para tenaga kerja luar negeri memberikan kontribusi besar bagi devisa negara.

Tentang bekerja di luar negeri bukanlah hal yang gampang. Salah satunya tantangan bagi relasi dalam keluarga.

Tidak sedikit dari antara mereka yang mesti melepaskan keluarga mereka dan pergi bekerja di luar negeri. Melepaskan istri/suami dan anak-anak. Makanya, perbincangan kami pun sampai pada perihal perselingkuhan yang melibatkan tenaga kerja luar negeri.

Fenomena sosial yang tidak bisa berhenti untuk digosipkan. Seharusnya, ini mesti dicerna agar fenomena ini tidak menjamur dan dibiarkan sebagai kenyataan yang mesti diterima begitu saja.

Sebenarnya, perbincangan kami bermula dari situasi salah satu keluarga di lingkungan kami. Suaminya bekerja di Manila dan istrinya bekerja di Singapura. Relasi jarak jauh. Long distance relationship (LDR).

Keduanya sudah memiliki dua orang anak. Sulung berada di bangku SMP dan bungsu di bangku SD. Anak mereka ini tinggal bersama keluarga dari si perempuan.

Perpecahan bermula dari relasi jarak jauh. Si suami yang bekerja di Manila mempunyai relasi dengan perempuan lain.

Saya tidak mau tahu apa penyebab si laki-laki memiliki relasi lain. Hemat saya, itu tidak sekadar terjadi. Pasti ada sebab tertentu yang membelokkan seseorang pada pilihan lain. Dengan ini, LDR hanya melanggengkan perpecahan di antara kedua belah pihak.

Kemudian, salah seorang mengatakan jika begitu banyak persoalan selingkuh terjadi karena LDR. Apalagi mereka yang bekerja di luar negeri. Teman satu menyambung, lebih baik bekerja bersama keluarga, mendapat sedikit, tetapi keluarga aman.

Premis dasar yang saya tangkap adalah banyak persoalan selingkuh terjadi karena LDR. Saya agak tidak sepakat.

Pasalnya, tidak sedikit realitas LDR yang tetap akur-akur saja. Tanpa persoalan. Tetap setia pada komitmen walaupun mereka terpisah oleh jarak dan waktu.

Tetapi premis ini juga mempunyai sisi yang perlu dicerna. Apakah benar LDR menjadi penyebab perselingkuhan?

Hal ini ikut mengingatkan saya tentang situasi di kampung bapak saya. Kampung itu terletak di kecamatan bagian utara Manggarai. Konteksnya di awal tahun 2000-an.

Signal internet belum semewah sekarang. Kalau mau berkontak dengan mereka di luar negeri, mereka harus ke kota Ruteng. 3-4 jam perjalanan. Begitu pula, transaksi-transaksi lainnya.

Beda dengan situasi sekerang. Signal internet sudah masuk kampung. Gampang mengontak keluarga yang tinggal di tempat jauh.

Pendek kata, waktu itu banyak saudara sepupu saya yang pergi merantua ke Malaysia. Umumnya, laki-laki yang pergi merantau, sementara perempuan yang berstatus istri tinggal di kampung.

Seperti alasan pada umumnya, dalil utama dari merantau ini demi mencari penghidupan yang layak. Terbukti, banyak kali mereka mengirimkan hasil pekerjaan mereka. Beberapa di antaranya bisa membangun rumah di kampung ataukah pulang ke kampung dan kemudian membuka usaha.

Namun, salah satu fenomena lain mencuat. Perselingkuhan. Istri yang ditinggalkan memilih untuk pergi dengan orang lain. Memang tidak semua.

Tetapi, hal ini menjadi gempar karena perselingkuhan bukanlah realitas yang lumrah di tengah masyarakat mereka. Semenjak banyak suami bekerja di luar negeri, realitas perselingkuhan di kampung itu mencuat ke permukaan. Jadinya, orang mulai beranggapan jika relasi jarak jauh bisa menjadi penyebab perselingkuhan.

Pada satu sisi, barangkali kita gampang menilai LDR sebagai penyebab utama. Tetapi jika ditelusuri lebih jauh, LDR bisa saja berada di level permukaan dari sebab sebuah persoalan. Boleh jadi, ada sebab yang tak terlihat tetapi diselubungi oleh LDR.

Hal ini bisa dibandingkan dengan fenomena perselingkuhan dari pasangan serumah. Bukan karena LDR, tetapi orang tidak setia pada komitmen.

Persoalan perselingkuhan ini rumit. Tiap soal mempunyai sebab tersendiri. LDR bisa menjadi salah satu sebab. Atau juga, LDR hanya melanggengkan sebab-sebab tersembunyi dari sebuah relasi.

Karenanya, pada satu sisi LDR, hanya menjadi salah satu sebab. Bukan satu-satunya sebab, apalagi sebab utama dari ketidaksetiaan pada komitmen dalam berelasi sebagai suami-istri.

Pada sisi lain, LDR bisa melanggengkan perselingkuhan. Ada sebab-sebab lain yang sudah merenggangkan sebuah relasi. Sebab itu mengarahkan seseorang pada ketidaksetiaan hingga berujung pada relasi dengan pihak lain. Apalagi jika situasi ini dibarengi dengan LDR.

Menjaga komitmen dari sebuah relasi itu bukan sekadar mengontrol diri. Tetapi itu butuh komunikasi yang intens antara kedua belah pihak.

Perkembangan media saat ini memungkinkan relasi itu terbangun. Manfaatkan media itu sebagai alat untuk menjaga relasi antara satu sama lain. Bisa setiap hari saling berkontak dan berinteraksi.

Faktor komunikasi sangatlah penting dari sebuah relasi. Komunikasi jarang terjadi bisa membuka pintu bagi suara-suara dari orang lain.

Tetapi kalau komunikasi kerap kali terjadi, tiap pihak merasa diperhatikan dan dipedulikan. Itu pun bisa menjadi palang pintu agar tidak berpaling muka pada perhatian orang lain.

Gobin Dd 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun