Kematian George Floyd di tangan polisi membangkitkan gerakan sosial di Amerika Serikat (AS) pada beberapa hari terakhir ini. Bermula dari Minneapolis, gerakan sosial itu menyebar ke pelbagai kota dan wilayah di AS.
Awalnya, gerakan itu bermula dari situasi damai. Namun, gerakan itu kemudian berujung padaaksi anarkis. Tidak sedikit demonstran yang meluapkan aspirasi mereka dengan melakukan pembakaran kendaraan dan pengrusakan fasilitas publik.
Sebagai akibat, pihak keamanan juga mesti berlaku tegas guna meminimalisir situasi kekacauan.
Karena situasi yang mencekam ini, pemerintah AS menerapkan jam malam (curfew time) di 40 kota. Selain itu, penjaga keamanan nasional diaktifkan di 15 negara bagian dan ibukota negara, Washinton DC (CNN.com 1/6/2020).
Situasi di AS ini menunjukkan pengaruh sebuah gerakan sosial rakyat. Tanpa pemimpin yang jelas, tetapi mempunyai intensi yang jelas, gerakan sosial ini mengetuk pintu pemerintah untuk mengabulkan intensi mereka. Intensinya adalah keadilan atas kematian George Floyd.
Sejatihnya, tindakan anarkis bukanlah maksud utama dari sebuah gerakan sosial. Maksud utama dari sebuah gerakan sosial adalah perubahan sosial.
Dalam konteks kematian George Floyd di AS, para demonstran menuntut para polisi yang terlibat dalam kasus kematiannya bisa diproses secara adil.
Sejauh ini, polisi yang secara langsung menyebabkan kematian George Floyd telah dinyatakan bersalah dan dinilai melakukan pembunuhan. Namun, massa tetap menuntut agar para polisi yang ikut terlibat dalam peristiwa itu ikut dituntut secara hukum.
Sebagai pemimpin negara, pastinya Donald Trump merasa berang dengan situasi gerakan massa yang terjadi. Bagaimana pun, situasi ini ikut menambah beban sosial dengan apa yang sementara terjadi di AS dan di dunia pada umumnya.
Persoalan korona belum selesai total. Aksi demonstrasi yang terjadi di beberapa tempat bisa saja menambah persoalan tambahan untuk situasi korona di AS.
Kalau tidak diselesaikan dengan baik, persoalan demi persoalan ini bisa menenggelamkan reputasi Donald Trump sebagai presiden AS. Ujung-ujungnya, peluang keterpilihannya pada pemilu presiden pada bulan November mendatang akan mendapatan tantangan yang cukup serius. Â