Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tampilan Lingerie ala Perawat di Rusia, Bukan Aksi Terserah Tim Medis

22 Mei 2020   19:13 Diperbarui: 22 Mei 2020   19:09 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nadia, Perawat yang mengenakan pakaian medis tembus pandang. Sumber foto: daily mail.co.uk

Tagar "Terserah Indonesia" sempat heboh di media sosial. Tidak sedikit pihak yang menilai kalau tagar ini terlahir sebagai ungkapan kekesalan dan kekecewaan pada situasi sosial. Di balik upaya serius dan keras tim medis, banyak orang yang terlihat tidak menanggapinya secara positif.

Terbukti, pelanggaran yang terjadi di balik aturan karantina maupun PSBB. Selain itu, kerumunan massa di tempat-tempat publik masih saja terjadi. Situasi seperti ini membahasakan bahwa persoalan korona akan sulit teratasi, dan tim medis juga akan terus bekerja keras dalam waktu yang lama.

Sempat saya melihat postingan tagar "jangan menyerah Indonesia" dari beberapa teman medsos. Beberapa di antaranya adalah tim medis. Barangkali tagar ini tidak sekuat dengan tagar "terserah Indonesia".

Tetapi, paling tidak kita tetap optimis kalau tim medis tidak pernah menutup mata melihat penderitaan sesama. Tagar "Terserah Indonesia" bukanlah akhir perjuangan dari tim medis.

Pastinya, seturut ilmu, pengetahuan dan janji profesi, mereka akan selalu setia dalam menjalankan pelayanan medis. Terlebih lagi, pada momen krisis pandemi korona saat ini.

Sekali lagi, tanggung jawab kita adalah menjaga diri sendiri. Patuhi aturan medis sembari tak henti-hentinya mengingatkan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dengan kata lain, kita membantu tim medis dengan menjaga diri kita dari keterjangkitan virus korona.

Pelbagai kisah menghiasi kehidupan tim medis selama masa pandemi korona. Dari negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin, Rusia, sebuah kisah menarik tentang salah seorang perawat. Seorang tim medis yang terjung langsung menangani pasien Covid-19.

Adalah Nadia (23 tahun) seorang perawat rumah sakit di Rusia. Dia menjadi perhatian dunia maya atas penampilannya dalam melayani pasien korona. Dia hanya mengenakan pakaian lingeri (pakaian dalam wanita) di balik gaun pelindung medis yang tembus pandang. Tentu saja, bentuk tubuh dari perawat cantik ini terlihat.

Penampilan Nadia sontak menjadi viral. Viral karena penampilannya berada di luar aturan umum. Tidak tahu kalau apa yang dilakukan terjadi di Indonesia. Walau terjadi di Rusia saja, tidak sedikit orang Indonesia bereaksi dan berkomentar.

Sempat saya melihat beberapa teman di medsos memposting berita tentang penampilan Nadia ini. Tak elak, komentar netizen bermacam-macam. 

Bahkan ada yang berkomentar andaikata semua perawat mengenakan pakaian ala Nadia, pasti banyak pasien yang mengalami peningkatan sistem imun tubuh. Komentar bernada lucu, tetapi komentar itu hanya melihat itu dari sisi apa yang ditampilkan. Hanya melihat sisi luar, tanpa menyelami alasan di balik aksi tersebut.

Lantas, apa yang melatari Nadia berpenampilan seperti itu? Melansir berita dari Daily Mail.com (22/5/2020), ada dua versi yang muncul di balik alasan di balik penampilan Nadia ini.

Menurut Nadia sendiri, dia mengenakan pakaian seperti itu karena faktor kepanasan. Bahkan dia mengatakan kepada manajer rumah sakit jika dia mengalami kepenasan jika mengenakan pakaian pelindung yang lengkap dalam waktu yang lama.

Pada situasi seperti ini, kita bisa melihat bagaimana para tim medis berjuang bukan saja dengan penyakit tetapi dengan situasi. Dengan kata lain, hemat saya, aksi ini bukan aksi keputusasahan tim medis. Toh, dia tetap melayani pasien korona secara langsung. Malahan, dia nekat mengambil resiko besar dalam melayani pasien korona. Tanpa perlengkapan lengkap.

Dari versi tim medis di rumah sakit Tula, tempat kerja Nadia, hal itu juga terjadi karena keterbatasan gaun pelindung. Makanya, Nadia berpenampilan seperti itu. Bahkan ada yang menduga kalau Nadia tidak sendirian berpenampilan seperti itu. Hanya kebetulan saja, penampilan Nadia yang difoto dan disebarkan.

Bahkan seorang dokter mengatakan jika ada pakaian lengkap, bukan tidak mungkin tim medis akan mengetakan pakaian. Hal ini diamini pula oleh rekan-rekan seprofesi Nadia.  

Berdasarkan situasi ini, para rekan sekerjanya mendukung apa yang dilakukan oleh Nadia. Mereka hanya menyesalkan pasien yang mengabadikan penampilannya dalam foto dan menyebarkannya. Pasalnya, Nadia bekerja untuk pasien itu, sebaliknya pasien itu melakukan langkah yang cukup disesalkan.

Atas penampilannya itu, Nadia sempat terancam mendapat sanksi kedisiplinan dari pihak departemen kesehatan wilayah Tula. Namun, langkah yang mau diambil itu tidak terjadi karena ditentang oleh rekan-rekan seprofesi Nadia.

Malahan, gubernur wilayah Tula, Alexey Dyumin mengunjungi Nadia secara pribadi dan ikut mendukung kerja Nadia sebagai seorang tim medis. Gubernur yang merupakan sempat menjadi pengawal Putin ini menyatakan kalau Nadia tidak akan mendapat sanksi. Dia menilai bahwa Nadia sebagai seorang pekerja yang baik, profesional dan menyediakan perlindungan medis yang baik.

Nadia adalah salah satu dari sekian tim medis yang sementara mengorbankan diri mereka demi melayani pasien korona. Sejauh ini, Nadia sudah menjauh dari keluarganya selama 2 bulan untuk melayani pasien korona dan supaya tidak menjadi pembawa resiko bagi keluarganya.

Tentunya, apa yang dilakukannya adalah bagian dari pekerjaannya. Caranya beresiko, tetapi dia mengambil cara yang beresiko itu untuk melayani para pasien. Hemat saya, penampilannya tidak cukup menghakimi profesionalitasnya sebagai seorang tim medis.

Dengan kata lain, penampilannya bukanlah gambaran seorang tim medis yang tidak peduli pada pelayanan. Malah, ini adalah langkah yang cukup beresiko.

Dalam mana, tanpa kelengkapan pakaian pelindung, Nadia masih nekat melayani pasien korona. Jadi, jangan hanya terjebak pada penampilannya, tetapi lihatlah kenyataan yang terjadi, yakni pelayanan yang penuh resiko kepada pasien korona.

sumber: Daily Mail.com (22/5/2020) dan The Sun. co.uk (22/5/2020)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun