Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terjebak pada Penampilan Luar, Tendensi Manusiawi yang Gampang Menilai

13 Mei 2020   19:33 Diperbarui: 13 Mei 2020   19:35 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pinterest Policy.com

Belanja secara online mempunyai pelbagai resiko. Resiko yang paling pertama dan utama adalah apa yang dipampang di internet bisa saja tidak sesuai dengan barang yang sebenarnya. Hasil pembelian bisa menjadi sia-sia dan mengecewakan kita.

Tidak sedikit orang yang pernah mengalami ini. Dua orang teman saya pernah mengalaminya secara bersamaan. Mereka begitu tertarik pada model celana yang dijual online. Celananya menarik dan mengikuti tren pada waktu itu. Lantas, mereka memesan barangnya dan mesti melakukan transaksi sebelum barangnya dikirim.

Persoalannya, saat barang itu tiba. Memang, modelnya seperti yang terpampang lewat media online. Namun, ukurannya tidak sesuai dengan permintaan. Ukuran paha kedua teman ini terlampau besar sehingga celana itu sulit untuk dikenakan. Pilihan terakhir adalah merelakan barang itu diberikan kepada orang lain.

Pelajarannya, tidak gampang terjebak apa yang dilihat, apalagi yang hanya terpampang secara online. Barang-barang yang dijual secara online kerap menarik mata. Kekuatan promosi barang-barang yang dipasarkan secara online tidak bisa diragukan. Kekuatan promosi itu secara tidak langsung menjawabi tendensi dasar manusia.

Dalam mana, banyak orang yang gampang terjebak dan tergiur pada penampilan luar. Ini juga terjadi pada relasi kita dengan sesama. Dalam mana, tidak sedikit orang yang lebih gampang menilai konteks atau menghakimi seseorang dari penampilan luar.

Terjebak pada Penampilan luar
Tendensi gampang tergiur dan percaya pada pada promosi a la online bisa secara tidak langsung membahasakan tentang karakter manusiawi. Saat ada promosi yang dipajang lewat media online, ada orang yang begitu gampang tertarik untuk memiliki barang itu. Tetapi kalau ditelusuri lebih jauh, apa yang dipromosikan bisa saja hanya sekadar tampilan yang tidak berbicara tentang kondisi aktual dari barangnya.

Begitu pula, saat bertemu dan berelasi dengan orang lain. Seseorang hanya dinilai dari penampilannya. Padahal, kepribadian orang itu bisa saja berbeda dengan apa yang dikenakannya. Karena ini, tidak sedikit orang yang gampang menghakimi dan dihakimi gara-gara penampilan luar.

Padahal, penampilan luar itu tidak sepenuhnya membahasakan apa yang ada di balik penampilannya. Bisa saja, penampilan luar hanyalah kamuflase untuk mengelabui keadaan yang terdalam.

Tendensi gampang menilai sesuatu dan menghakimi seseorang dari penampilan luar bisa membahasakan tentang keterbatasan dalam berefleksi.

Dalam mana, terlalu cepat menilai tanpa menimbang apa yang sedang dilihat. Terlalu cepat menghakimi tanpa menelusuri lebih jauh sesuatu atau orang yang sementara dihadapi. Makanya, kita perlu melatih kemampuan berefleksi tersebut.

Refleksi dulu, baru menilai dan memutuskan
Aktivitas berefleksi ini tidaklah gampang. Kita membutuhkan suplai pengetahuan agar aktivitas berefleksi menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tanpa pengetahuan, hasil dari aktivitas berefleksi itu sendiri bisa saja tidak menjawabi persoalan. Malah, itu bisa memperkeruh situasi.

Banyak hal yang bisa menguatkan aktivitas berefleksi. Itu bisa ditopang oleh mengonsumsi informasi-informasi yang benar. Membaca buku-buku yang bermanfaat. Juga, latihan diri untuk mengevaluasi dan menilai pelbagai pengalaman yang terjadi di dalam kehidupan kita.

Kegiatan berefleksi ini membutuhkan latihan yang terus-menerus. Selain ditopang oleh pengetahun lewat hasil membaca dan pelbagai pengalaman, ini juga ditopang oleh keterbukaan diri untuk melihat pelbagai kemungkinan-kemungkinan baru di luar diri kita. Tanpa keterbukaan diri, kita bisa cenderung berdiam pada pemahaman pribadi, tetapi menutup diri pada pengetahuan baru dari luar.  

Sewaktu masih berada di sekolah berasrama, kegiatan berefleksi menjadi salah satu aktivitas penting. Setiap kali kami pergi dan mengunjungi konteks sosial tertentu, kami selalu diminta untuk menuliskan refleksi singkat tentang apa yang kami alami dari kunjungan kami itu.

Dalam refleksi itu, kami tidak sekadar membuat narasi tentang apa yang kami lihat dan alami. Tetapi, narasi kami itu juga seyogianya diperkaya oleh pengetahuan kami sendiri.

Alhasil, refleksi ini bisa membeikan kesadaran baru tentang realitas yang kami hadapi. Kesadaran baru ini pun bisa menjadi bekal menghadapi konteks hidup lainnya.

Beberapa teman kerap menghasilkan hasil refleksi yang bagus karena mereka memadukan pengalaman mereka dengan teori, pengalaman para ahli, perbandingan pengalaman mereka sebelumnya di tempat lain dan pendapat yang mereka baca.

Namun, di balik refleksi itu, kami juga belajar tentang bagaimana melihat sebuah konteks. Dalam mana, refleksi membantu dalam menilai dan mengevaluasi apa yang kami hadapi. Tidak gampang menilai dan mengambil keputusan. Jadinya, itu mengasah diri untuk tidak gampang percaya pada apa yang dikatakan oleh orang lain atau juga pada apa yang dilihat.

Kegiatan berefleksi ini juga bisa dipakai dalam hubungan kita dengan sesama dan pelbagai hal di dalam kehidupan. Kita tidak gampang mengambil keputusan dan menilai sesuatu dan sesorang berdasar pada apa yang kita lihat. Tetapi, kita perlu merefleksikan apa yang kita lihat dan hadapi itu.

Dalam konteks belanja internet, kita perlu menimbang pelbagai kemungkinan. Banyak cara kita bisa melakukan pertimbangan, terutama lewat internet.

Kita bisa mencari pelbagai pengalaman dan pengetahuan yang mempunyai kesamaan dengan barang yang kita minati. Dengan ini, kita mempunyai bahan-bahan pertimbangan yang bisa membantu kita dalam memutuskan.  

Dalam konteks sebuah relasi, kita perlu membangun relasi terlebih dahulu. Membangun relasi memampukan kita untuk mengenal kepribadian seseorang. Juga, kita tidak terjebak pada pandangan yang salah tentang orang yang kita jumpai.

Prinsipnya, kita tidak perlu gegabah. Kita perlu waktu untuk berefleksi sebelum sampai pada sebuah penilaian dan keputusan tertentu.
 
Gobin Dd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun