Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Beban Batin Ketika Dibandingkan dengan Anak Tetangga

11 Mei 2020   12:51 Diperbarui: 14 Mei 2020   16:44 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perbandingan diri. (Sumber foto: pexels.com/@vanyaoboleninov)

Pada sisi lain, perbandingan bisa menciptakan beban batin. Apalagi kalau perbandingan itu dijadikan patokan utama untuk menjalankan cara hidup harian. Apa yang dicapai oleh orang lain mesti menjadi pencapaian kita. Saat kita tidak mencapai level apa yang dicapai orang lain itu, kita pun dinilai gagal.

Dampak lain dari perbandingan adalah kita menjalani hidup secara tidak bebas. Bayang-bayang kesuksesan orang lain bisa menjadi beban tersendiri dalam menjalani panggilan hidup kita.

Ya, perbandingan mempunyai dua dampak yang berbeda. Pada satu sisi, perbandingan bisa menjadi motor yang bisa memacu kita untuk berusaha. 

Kita menjadikan kesuksesan orang lain sebagai bahan pelajaran dan bukannya bahan untuk meniru. Walau jalan dan pilihan berbeda dengan apa yang dilakukan oleh orang lain, tetapi semangat untuk suksesnya sama.

Pada sisi lain, perbandingan menjadi beban ketika kita dituntut untuk meniru atau menyerupai apa yang dilakukan oleh orang lain. Jalan hidup orang lain mesti menjadi jalan hidup kita. Keberhasilan orang lain mesti menjadi contoh bagi keberhasilan kita.

Harapan ini menghadirkan ekspektasi yang tinggi. Ujung-ujungnya, kita terbebankan apalagi jika kemampuan kita berbeda dengan orang lain. Dalam mana, kita diharapkan untuk menjadi seperti orang lain, sementara itu kita terbatas.  

Tidak masalah saat sebuah perbandingan bertujuan untuk memacu semangat dan menjadikan itu sebagai inspirasi. 

Menjadi persoalan saat perbandingan itu memaksa kita untuk menjadi seperti orang lain. Pada titik seperti itulah, kita bisa berhadapan dengan situasi beban batin.

Gobin Dd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun