Istilah injury time sangat lekat di ranah sepak bola. Secara harfiah, injury time merupakan penambahan waktu untuk menggenapi waktu normal sebuah pertandingan sepak bola. Biasanya, penambahan waktu ini dibuat di menit akhir babak kedua.
Penyebab utama penambahan waktu itu karena waktu normal permainan dipotong atau diinterupsi oleh pelbagai macam faktor. Faktor-faktor itu bisa berupa perselisihan antara pemain, salah satu pemain cedera, selebrasi gol yang terbilang lama dan lain sebagainya.
Guna melengkapi waktu normal pertandingan, 90 menit, pihak hakim garis akan menambahkan waktu pertandingan. Waktu yang ditambahkan itu pun seturut waktu yang diinterupsi.
Waktu injury time sangatlah krusial dalam sebuah pertandingan sepak bola. Meski singkat, situasi pertanding bisa berubah.
Tidak sedikit, kemenangan sebuah tim terjadi di masa injury time. Bahkan, banyak tim yang meningkatkan intensitas untuk membalikkan keadaan pada masa injury time.
Barangkali kita masih ingat gol kemenangan dramatis Barcelona atas PSG dalam laga liga champions di tahun 2017. PSG sudah unggul 4-0 atas Barca pada Leg I di Paris.
Barca membalikkan keadaan di leg II. Tiga gol cepat menembusi gawang PSG (menit 3, 40, 50). Namun kelengaan lini belakang Barca membuat PSG berhasil mencuri gol tandang (menit 62) lewat kaki Edison Cavani. Di atas kertas Barca sudah selesai.
Rupanya, dua gol neymar (88 dan 91) dan gol injury time dari Sergio Roberto di menit 95 mengubah kisah pertemuan dua tim besar ini. Gol injury time itu menjadi gol ke-6 dan Barca unggul 6-5 dari PSG.
Gol itu tidak hanya meluluhlantakan hati pemain dan supporter PSG, tetapi juga gol yang menciptakan sejarah dalam dunia sepak bola. Masa injury time acap kali melibatkan energi ekstra dan memompah adrenalin pemain dan penonton.
Saya adalah salah seorang yang begitu berdebar saat tim favorit unggul tipis dan wasit memberikan masa injury time. Waktu injury time yang terbilang singkat terasa terlalu panjang.
Baca Juga: Dilema Otak dan Hati, Biang "Prokrastinasi" yang Jarang Disadari
Berbeda dengan makna injury time dalam konteks sepak bola, berbeda pula istilah injury time sewaktu di masa kuliah. Mungkin konteks istilah injury time ini terbatas. Tetapi, esensi prilakunya mungkin berlaku di konteks lain.Â
Istilah injury time ini, saya jumpai sewaktu masih berstatus mahasiswa. Istilah ini dihubungkan pada perilaku dalam menyelesaikan sebuah tugas pada waktu-waktu akhir sebelum pengumpulan.
Mentalitas injury time ini ditujukan kepada kebiasaan seorang atau beberapa mahasiswa yang cenderung untuk mengerjakan tugas kuliah di waktu-waktu akhir. Tugas yang terbilang panjang dikebutnya hanya dalam waktu selama semalam.
Misalnya, dosen sudah memberikan tugas sebulan dan seminggu terlebih dahulu. Pemberian tugas ini jauh hari sebelum deadline pengumpulan. Hemat saya, ini bertujuan agar seorang mahasiswa memproduksi tugas yang berkualitas.
Pasalnya, sebuah tugas yang baik selalu terlahir dari olahan yang tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Jangka waktu tertentu bisa dipakai oleh seorang mahasiswa untuk memproduksi tugas yang bermutu.
Namun, kenyataannya masih ada yang mau mengerjakan tugas di malam sebelum pengumpulan. Kalau tugasnya berupa tulisan yang mewajibkan jumlah kata dan lembaran yang banyak, maka konsekuensi begadang tidak bisa dihindarkan. Ujung-ujungnya, proses editing yang ketat diabaikan.
Mengerjakan tugas di waktu-waktu terakhir pengumpulan ini dinamakan masa injury time. Konotasinya berbeda dengan dunia sepak bola. Dampaknya juga berbeda.
Kalau dalam sepak bola, lewat masa injury time sebuah tim bisa membalikkan keadaan dan menciptakan sejarah, pengerjaan tugas masa injury time malah membuat makna pengerjaan tugas itu tidak bermutu.
Memang, tidak menutup kemungkinan untuk menghasilkan tugas yang bermutu dalam waktu yang singkat. Mungkin konteks ini hanya berlaku untuk pribadi-pribadi yang jenius.
Saya sendiri pernah mengerjakan tugas di waktu-waktu akhir sebelum pengumpulan. Kenyataannya, rumit. Kita mesti berpacu dengan waktu.
Waktu istirahat malam kerap dikorbankan. Kalau masih belum bisa terselesaikan, kuliah-kuliah lain bisa ikut menjadi tumbal. Terlebih lagi, kuliah yang terjadi sebelum waktu pengumpulan tugas.
Mengerjakan tugas di masa injury time juga penuh resiko. Misalnya, kalau tugas itu diketik dan harus diprint out. Persoalannya saat komputer atau laptop dan printer tiba-tiba bermasalah. Kepanikan yang tidak jelas akan melanda. Penyesalan pun tidak bisa dihindari.
Resiko lain adalah kualitas karya itu sendiri. Prinsipnya, sebuah karya seperti tugas kuliah terlahir dari hasil refleksi, olahan data, pelbagai sumber bacaan dan proses screening yang terus menerus. Kalau masa waktu pengerjaan tugas itu seminggu, seyogianya tiga-empat hari dimanfaatkan untuk mengolah tugas tersebut.
Baca Juga: 3 Tips Ampuh untuk Kamu yang Prokrastinasi
Mengerjakan tugas dalam waktu semalam hanya menghasilkan karya asal jadi. Mungkin orang yang bermentalitas injury time berprinsip kalau tugas itu dikerjakan untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa tanpa peduli apa dampak karya itu sendiri untuk diri kita sendiri. Tugas selesai dan kewajiban pun berakhir. Dampak lanjutnya terlebih khusus untuk perkembangan diri tidak terlalu dipedulikan.
Kalau sebuah karya merupakan hasil dari olahan dalam rentang waktu yang lama, karya itu tidak hanya memberikan keuntungan akademis. Keuntungan lain pada perkembangan diri. Kita terbiasa mengolah data, menyeleksi sumber bacaan dan mengevaluasi proses pemikiran kita.
Saya yakin mentalitas injury time masih menjangkiti beberapa orang hingga kini. Tugas kuliah dipandang semata-mata sebuah kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Dikerjakan dan diselesaikan ala kadarnya.
Padahal, di balik keseriusan dalam mengerjakan sebuah tugas bisa berbuah pada karakter diri. Paling tidak, di masa akan datang kita terbiasa untuk menilai setiap tanggung jawab yang dilimpahkan secara serius dan bertanggung jawab.
Kalau di dalam dunia sepak bola, masa injury time sangat berharga. Di dunia kuliah, pengerjaan tugas pada masa injury time kerap sangat mengabaikan kualitas karya dan diri kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI