Resiko lain adalah kualitas karya itu sendiri. Prinsipnya, sebuah karya seperti tugas kuliah terlahir dari hasil refleksi, olahan data, pelbagai sumber bacaan dan proses screening yang terus menerus. Kalau masa waktu pengerjaan tugas itu seminggu, seyogianya tiga-empat hari dimanfaatkan untuk mengolah tugas tersebut.
Baca Juga: 3 Tips Ampuh untuk Kamu yang Prokrastinasi
Mengerjakan tugas dalam waktu semalam hanya menghasilkan karya asal jadi. Mungkin orang yang bermentalitas injury time berprinsip kalau tugas itu dikerjakan untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa tanpa peduli apa dampak karya itu sendiri untuk diri kita sendiri. Tugas selesai dan kewajiban pun berakhir. Dampak lanjutnya terlebih khusus untuk perkembangan diri tidak terlalu dipedulikan.
Kalau sebuah karya merupakan hasil dari olahan dalam rentang waktu yang lama, karya itu tidak hanya memberikan keuntungan akademis. Keuntungan lain pada perkembangan diri. Kita terbiasa mengolah data, menyeleksi sumber bacaan dan mengevaluasi proses pemikiran kita.
Saya yakin mentalitas injury time masih menjangkiti beberapa orang hingga kini. Tugas kuliah dipandang semata-mata sebuah kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Dikerjakan dan diselesaikan ala kadarnya.
Padahal, di balik keseriusan dalam mengerjakan sebuah tugas bisa berbuah pada karakter diri. Paling tidak, di masa akan datang kita terbiasa untuk menilai setiap tanggung jawab yang dilimpahkan secara serius dan bertanggung jawab.
Kalau di dalam dunia sepak bola, masa injury time sangat berharga. Di dunia kuliah, pengerjaan tugas pada masa injury time kerap sangat mengabaikan kualitas karya dan diri kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI