Tak jarang terjadi, keluarga yang mempunyai rumah sederhana mempunyai relasi yang akrab antara satu sama lain. Sementara yang berumah mewah, mereka tidak mempunyai relasi yang hangat. Ada kecenderungan untuk keluar dan berada di tempat lain.
Saat kita melihat rumah sebagai tempat yang tidak nyaman, saat itu kita menilai dan merasa rumah semata sebagai bangunan fisik, house. Meski kita berada dengan anggota keluarga dan fasilitas yang memadai, kita tidak merasa nyaman. Relasi terasa hambar. Tiap orang sibuk dengan urusannya masing-masing.
Tetapi kalau kita merasa nyaman, ini artinya kita menilai rumah bukan sebagai bangunan fisik tetapi tempat yang dihiasi oleh suasana. Home. Suasana itu tercipta oleh ikatan emosional sebagai sebuah keluarga dan dihiasi dengan perasaan saling mencintai dan melengkapi. Walaupun bentuk fisik rumah terbilang simple, tetapi penghuni rumah merasa at home.
Setelah beberapa hari berada dalam masa karantina, pastinya setiap kita mempunyai pengalaman berbeda. Rumah menjadi pemandangan harian. Ada rasa bosan pastinya.
Tetapi kalau ada rasa tidak nyaman, itu bisa berarti ada yang salah dengan suasana di dalam rumah kita. Ketidaknyamanan itu terjadi karena faktor relasi antara satu sama lain di rumah.
Beraktivitas di rumah seharusnya menjadi momen untuk memaknai rumah itu sendiri. Mungkin ada dari antara kita yang lebih cendurung menilai rumah sebagai tempat persinggahan, tempat istirahat dan bangunan fisik.
Masa karantina merupakan momen untuk membaharui komitmen kita bersama orang-orang serumah. Kita menjadikan rumah sebagai tempat yang nyaman.
Tempat yang nyaman hanya bisa tercipta kalau kita membangun relasi antara satu sama lain. Relasi yang penuh dengan ungkapan cinta antara satu sama lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H