Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kekurangan APD, Dokter di Pakistan Protes tetapi Ditanggapi dengan Kekerasan

9 April 2020   20:51 Diperbarui: 9 April 2020   21:11 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Alat perlindungan diri (APD) menjadi salah satu kebutuhan penting bagi tim medis saat ini. Karena wabah virus Corona yang hampir menyebar merata di dunia, APD menjadi barang yang langkah.

Di tengah kelangkaan APD ini, banyak orang berusaha untuk berkreatif. Kreatif untuk membuat APD sendiri. Yang terpenting aman dan memungkinkan untuk melayani pasien Covid-19.

Selain berlaku kreatif, banyak pihak juga menyeruhkan bantuan APD dari pihak lain. Seruan itu tidak bertepuk sebelah tangan.

Ada negara-negara, yang meski menghadapi persoalan yang sama, masih mau berdonasi kepada negara-negara yang membutuhkan APD.

APD menjadi pelindung bagi tim medis dalam menangani virus Corona. Dengan mengenakan APD yang memadai, tidak sedikit tim medis yang masih terpapar Covid-19. Apalagi, kalau tidak mempunyai APD yang memadai. Peluang terpapar Covid-19 semakin besar.

Melansir berita dari the guardian.com (9/4/2020), beberapa dokter di Pakistan dipukul oleh polisi saat melakukan protes. Motif protes para dokter ini adalah kekurangan peralatan medis, termasuk APD dalam penanganan virus Corona.

Salah satu dokter yang terlibat dalam demonstrasi itu mengatakan kalau mereka dipukul dan diperlakukan dengan kasar oleh polisi. Padahal, mereka memerotes karena peralatan medis yang begitu minim.

Para dokter adalah garda terdepan dalam menangani virus Corona. Sebaliknya, mereka malah diperlakukan tidak adil. Tidak sampai di situ, sekitar 60 dokter ditahan di kantor polisi. Mereka baru dibebaskan saat tengah malam.

Salah satu dokter bernama Amanullah mengatakan kalau dia bersama 16 rekan dokter sudah terjangkit virus Corona. Hal ini belum termasuk para pasien yang mereka layani.

Meski demikian, mereka belum mendapat fasilitas APD dan tidak ada fasilitas untuk karantina bagi mereka, dokter yang sudah terjangkit.

Makanya, menurut dr.Amanullah, dia dan rekan dokter lainnya harus melakukan protes. Protes untuk mendapatkan APD. APD itu bukan untuk keselamatan para dokter sendiri, tetapi setiap orang-orang yang mereka layani.

Sementara itu, Younas Elahi, salah satu dokter mengatakan kalau para rekan dokter yang menangani pasien Covid tanpa APD serupa dengan tindakan bunuh diri. Karenanya, tanpa perlengkapan yang memadai, para dokter mempunyai pilihan untuk tidak melayani pasien Covid-19.

Kekurangan fasilitas juga terjadi di salah satu rumah sakit terbesar di Pakistan. The Pakistan Institute of Medical Sciences in Islamabad, ibukota Pakistan. Di rumah sakit ini, hanya tersedia 50 ventilator yang berfungsi.

Tidak hanya itu, dua per tiga, populasi masyarakat Pakistan hidup di daerah pedesaan. Mereka juga tidak mempunyai akses ke rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas untuk kepentingan virus Corona.

Menanggapi protes para dokter, asistan spesial dari bidan kesehatan, Dr. Zafar Mirza mengatakan kalau persoalan yang terjadi bukan kekurangan APD. Tetapi, penggunaan yang tidak rasional pada APD yang telah disediakan (the guardian.com 9/4/2020).

Pada tanggal 23 Maret, Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan menyatakan kalau tidak akan melakukan lockdown. Alasannya, lockdown itu berdampak pada kaum miskin.

Namun, hal itu tidak diikuti oleh para pemimpin lain. Beberapa di antaranya masih tetap menerapkan sistem lockdown.

Bahkan pihak militer yang mempunyai pengaruh di Pakistan juga sependapat untuk melakukan lockdown di Pakistan. Karena hal ini dan situasi ketersediaan fasilitas, perdana Menteri Pakistan dikritik oleh banyak pihak.

Persoalan fasilitas kesehatan menjadi salah satu tantangan. Saya kira bukan saja di Pakistan. Bahkan di beberapa tempat, termasuk di Indonesia.

Ketiadaan fasilitas medis yang memadai untuk menangani virus Corona bisa menjadi persoalan besar. Jadi, alih-alih menunggu fasilitas yang memadai, wilayah kita yang belum terpapar seharusnya mulai antisipasi dini.

Kita tidak boleh menunggu terjadinya kasus virus Corons baru bertindak. Meski tanpa kasus, kita seharusnya peduli. Sehingga saat kasus terjadi, kita tidak panik dan tidak terkesan terlambat mengantisipasi.

Mungkin ini juga adalah cara kita mengatasi persoalan keterbatasan fasilitas medis. Kita yang menjaga diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun