Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pemain Tottenham Hotspur Berselisih dengan Suporter Saat Tersingkir dari Piala FA

5 Maret 2020   16:06 Diperbarui: 5 Maret 2020   16:07 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eric Drier berada di tribun penonton. Sumber foto: bleacher report football

Totteham Hotpurs tersingkir dengan sedikit menyakitkan dari kompetesi piala FA (5/3/2020). Setelah bermain imbang 1-1 kontra Norwich City dalam tenggang waktu 90 menit, Tottenham harus dipaksa tunduk pada adu penalti. Dengan ini, peluang mendapatkan piala untuk Jose Mourinho pada musim ini kian tertutup.

Dalam laga ini, sebenarnya Tottenham sudah unggul di menit ke-13 lewat gol Jan Vertonghen. Keunggulan ini tidak dimaksimalkan oleh anak-anak asuh Jose Mourinho.

Pada menit ke 78, gawang Tottenham kebobolan lewat kaki Josip Drmic setelah memanfaatkan kesalahan lini belakang Tottenham. Norwich City berhasil menyamakan kedudukan dan memaksa Tottenham untuk melakukan adu penalti. Dalam adu penalti itu, Norwich City berhasil melaju ke babak berikutnya setelah unggul dengan skor 3-2.

Di balik kekalahan ini, wajah Tottenham sedikit tercoreng. Hal ini terjadi karena aksi salah satu pemain Tottenham, yakni Eric Drier dan para suporter tim.

Eric Dier mungkin merasa kesal karena timnya gagal lolos. Kekesalannya itu memuncak saat melihat reaksi kemarahan para fans tim di tribun penonton. Reaksi para fans Tottenham memantik Drier untuk bereaksi.

Dier menerobos tribun penonton dan melakukan konfrontasi langung kepada para suporter yang melakukan pelecehan di tribun.

Terhadap aksi tersebut, Jose Mourinho mengatakan kalau apa yang dilakukan Eric Drier bukanlah wajah seorang pemain profesional. Mourinho juga mengatakan kalau apa yang dilakukannya bukanlah bagian dari sebuah permainan.

Kemungkinan besar, muara dari pelecehan para suporter Totthenham adalah kegagalan tim melaju ke babak berikutnya. Karena tidak senang dengan kegagalan itu, para suporter melakukan pelecehan yang membuat Drier tidak senang.

Dalam interview selepas laga itu, Mourinho juga mengatakan kalau apa yang terjadi merupakan akibat dari pelecehan yang dilakukan suporter kepada keluarga Drier. Saudara dari Drier kebetulan berada di tribun suporter. Karenanya, tidak sedikit yang memahami aksi Drier sebagai bentuk untuk melindungi saudaranya yang merasa dilecehkan (givemesport.com 5/5/2020).

Ketidakpuasan para fans merupakan hal yang kerap kali terjadi. Apalagi kalau para fans melihat timnya kalah atau tersingkir dengan cara yang menyakitkan. Sebagai bagian dari ketidapuasan itu, para fans bisa melakukan tindakan anarkis atau melontarkan seruan-seruan yang melecehkan para pemain dan pelatih.

Pelecehan yang dilakukan oleh para fans, di satu sisi, merupakan reaksi yang biasa terjadi di dunia sepak bola. Tetapi kalau reaksinya berlebihan seperti pelecehan pada anggota keluarga para pemain dan pelatih serta aneka tindakan diskriminasi, tentunya hal itu sulit untuk diterima.

Secara manusiawi, seseorang pasti bereaksi keras kalau dilecehkan. Apalagi kalau pelecehan itu menyentuh ranah yang sangat sensitif seperti soal hubungan pribadi, keluarga dan ras dari pemain dan pelatih.

Hemat saya, reaksi Drier bisa menjadi bahan pelajaran bagi suporter sepak bola. Menerima kekalahan memang tarasa berat.

Penerimaan kekalahan tim bisa menjadi latihan mental untuk mengakui kelebihan sesama dan melihat kelemahan tim sendiri. Dengan itu pula, secara tidak langung pelatih dan para pemain merasa tidak sendirian dalam memikul kekalahan yang terjadi.

Hal ini memang jarang terjadi jika para suporter menerima kekalahan dengan tangan terbuka dan mengakui kelebihan tim lawan. Yang terjadi malah suporter menuntut kemenangan dan tidak mau menerima kekalahan. Buntutnya adalah kekecewaan dan kemarahan yang diluapkan dengan pelecehan dan tindakan anarkis.

Sepak bola memang selalu penuh intensitas yang melibatkan perasaan pelatih, para pemain dan suporter. Pengolahan perasaan saat kalah atau menang adalah bagian yang sangat penting agar tidak terjadi tindakan yang tidak diinginkan. Kekalahan diterima dengan tangan terbuka dan menjejakkan pelecehan pada pihak lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun