Secara manusiawi, seseorang pasti bereaksi keras kalau dilecehkan. Apalagi kalau pelecehan itu menyentuh ranah yang sangat sensitif seperti soal hubungan pribadi, keluarga dan ras dari pemain dan pelatih.
Hemat saya, reaksi Drier bisa menjadi bahan pelajaran bagi suporter sepak bola. Menerima kekalahan memang tarasa berat.
Penerimaan kekalahan tim bisa menjadi latihan mental untuk mengakui kelebihan sesama dan melihat kelemahan tim sendiri. Dengan itu pula, secara tidak langung pelatih dan para pemain merasa tidak sendirian dalam memikul kekalahan yang terjadi.
Hal ini memang jarang terjadi jika para suporter menerima kekalahan dengan tangan terbuka dan mengakui kelebihan tim lawan. Yang terjadi malah suporter menuntut kemenangan dan tidak mau menerima kekalahan. Buntutnya adalah kekecewaan dan kemarahan yang diluapkan dengan pelecehan dan tindakan anarkis.
Sepak bola memang selalu penuh intensitas yang melibatkan perasaan pelatih, para pemain dan suporter. Pengolahan perasaan saat kalah atau menang adalah bagian yang sangat penting agar tidak terjadi tindakan yang tidak diinginkan. Kekalahan diterima dengan tangan terbuka dan menjejakkan pelecehan pada pihak lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H