Totteham Hotpurs tersingkir dengan sedikit menyakitkan dari kompetesi piala FA (5/3/2020). Setelah bermain imbang 1-1 kontra Norwich City dalam tenggang waktu 90 menit, Tottenham harus dipaksa tunduk pada adu penalti. Dengan ini, peluang mendapatkan piala untuk Jose Mourinho pada musim ini kian tertutup.
Dalam laga ini, sebenarnya Tottenham sudah unggul di menit ke-13 lewat gol Jan Vertonghen. Keunggulan ini tidak dimaksimalkan oleh anak-anak asuh Jose Mourinho.
Pada menit ke 78, gawang Tottenham kebobolan lewat kaki Josip Drmic setelah memanfaatkan kesalahan lini belakang Tottenham. Norwich City berhasil menyamakan kedudukan dan memaksa Tottenham untuk melakukan adu penalti. Dalam adu penalti itu, Norwich City berhasil melaju ke babak berikutnya setelah unggul dengan skor 3-2.
Di balik kekalahan ini, wajah Tottenham sedikit tercoreng. Hal ini terjadi karena aksi salah satu pemain Tottenham, yakni Eric Drier dan para suporter tim.
Eric Dier mungkin merasa kesal karena timnya gagal lolos. Kekesalannya itu memuncak saat melihat reaksi kemarahan para fans tim di tribun penonton. Reaksi para fans Tottenham memantik Drier untuk bereaksi.
Dier menerobos tribun penonton dan melakukan konfrontasi langung kepada para suporter yang melakukan pelecehan di tribun.
Terhadap aksi tersebut, Jose Mourinho mengatakan kalau apa yang dilakukan Eric Drier bukanlah wajah seorang pemain profesional. Mourinho juga mengatakan kalau apa yang dilakukannya bukanlah bagian dari sebuah permainan.
Kemungkinan besar, muara dari pelecehan para suporter Totthenham adalah kegagalan tim melaju ke babak berikutnya. Karena tidak senang dengan kegagalan itu, para suporter melakukan pelecehan yang membuat Drier tidak senang.
Dalam interview selepas laga itu, Mourinho juga mengatakan kalau apa yang terjadi merupakan akibat dari pelecehan yang dilakukan suporter kepada keluarga Drier. Saudara dari Drier kebetulan berada di tribun suporter. Karenanya, tidak sedikit yang memahami aksi Drier sebagai bentuk untuk melindungi saudaranya yang merasa dilecehkan (givemesport.com 5/5/2020).
Ketidakpuasan para fans merupakan hal yang kerap kali terjadi. Apalagi kalau para fans melihat timnya kalah atau tersingkir dengan cara yang menyakitkan. Sebagai bagian dari ketidapuasan itu, para fans bisa melakukan tindakan anarkis atau melontarkan seruan-seruan yang melecehkan para pemain dan pelatih.
Pelecehan yang dilakukan oleh para fans, di satu sisi, merupakan reaksi yang biasa terjadi di dunia sepak bola. Tetapi kalau reaksinya berlebihan seperti pelecehan pada anggota keluarga para pemain dan pelatih serta aneka tindakan diskriminasi, tentunya hal itu sulit untuk diterima.