Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Skullbreaker Challenge" Kewaspadaan bagi Orangtua di Rumah dan Guru di Sekolah

16 Februari 2020   08:44 Diperbarui: 16 Februari 2020   08:46 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: tangkapan layar pribadi dari channel youtube Nbc 6 South Florida

Kemarin, Pak guru Ozy V. Alandika menulis tentang fenomena yang merebak di beberapa negara, yakni "Skullbreaker Challenge."

Tulisannya itu berjudul, "Tolong, Skullbreaker Challenge Jangan Masuk Sekolah!"

Tanpa berlangkah terlalu jauh dari pesan yang disampaikan dalam tulisan oleh Pak Guru Ozy V. Alandika, saya juga ingin menambahkan sedikit ide tentang awasan dan bahaya yang bisa dihadirkan dari Skullbreaker Challenges ini.

Perkembangan media sosial memungkinkan penyebaran informasi secara cepat dan praktis. Informasi itu bisa dikemas dalam rupa tulisan maupun video.

Tulisan biasanya akan diminati kalau judulnya menantang dan menarik. Atau tulisan itu sendiri mempunyai manfaat bagi pembaca atau mengena pada pikiran dan perasaan pembaca.

Semakin sebuah tulisan yang disebar lewat media sosial bermanfaat dan menarik, hal itu pun kerap menjadi perhatian banyak pembaca.

Selain tulisan, video juga menjaring banyak peminat pengguna media sosial. Bahkan informasi lewat video lebih efektif menangkap dan menarik hati banyak penggemar.  

Berkat kemajuan media sosial, proses penyebaran video semakin lancar dan efektif. Bahkan media sosial sekarang bisa menyediahkan sarana yang bisa mengambil video secara langsung. Ada juga platform yang membuat hasil dari sebuah video menjadi lebih menarik.

Jadinya, banyak orang bisa mencontohi dan meniru sesuatu hanya karena menonton video tertentu. Apalagi kalau video yang ditonton itu lagi viral di mata banyak orang.

Kalau videonya menarik, tidak sedikit orang juga meniru adegan yang ada pada video tersebut, tanpa peduli apa dampak dan konsekuensi lanjutnya.

Beberapa hari terakhir, saya mendapatkan peringatan dari beberapa orangtua pada adegan dari video. Peringatan para orangtua itu disampaikan lewat medsos.

Video aksi Skullbreaker challenge dari tiga orang remaja. Awalnya saya mengira video itu hanya satu-satunya video.

Hingga saya pun kemudian sadar kalau video itu merupakan salah satu video dari beberapa video aksi beberapa remaja.  

Skullbreaker challenge ini mulai viral di plarform Tik-Tok. Kabarnya aksi tantangan ini bermula di salah satu negara Amerika Selatan. Berkat medsos, aksi yang terjadi di negara yang terletak jauh dari Indonesia pun kemudian menjadi perhatian banyak pihak.

Dengan perkembangan media sosial, video adegan berbahaya itu menyebar cepat. Dari satu video, kemudian hal itu dicontohi oleh beberapa orang dan bahkan mengabadikan adegan yang sama dalam bentuk video.

Kemudian mereka pun menyebarkan video adegan mereka ke media sosial. Jadinya, adegan demi adegan dari orang-orang berbeda hadir dan menyebar dengan menampilkan aksi yang persis sama.

Kalau diperhatikan di beberapa adegan pada video yang tersebar, tantangan itu melibatkan tiga orang. Ketiga orang itu berdiri sejajar. Kemudian ketiganya melompat bersamaan.

Pada saat ketiga melompat, dua orang yang berada di samping kiri dan kanan akan menjegal atau menendang dari belakang kaki dari orang yang berada di tengah. Tentunya, orang yang berada ditengah jatuh tanpa berumpu pada kedua kakinya.

Makanya aksi ini dinilai sangat berbahaya. Ini bahkan bisa menimbulkan cacat kalau mengenai saraf sensitif pada tulang belakang dari orang yang berada di tengah.

Untuk konteks Indonesia, sejauh ini belum ada kasus yang berhubungan dnegan skullbreaker challenge.

Tetapi skullbreaker challenge ini tetap merupakan awasan yang serius bagi orangtua dan guru. Pendeknya, aksi skullbreaker challenge tidak boleh terjadi di Indonesia karena hal itu membahayakan keselamatan anak.

Saya sendiri kagum dengan upaya orangtua yang memposting dan memperingatkan tentang bahaya dari aksi skullbreaker challenge ini lewat media sosial.

Upaya orangtua ini merupakan bentuk untuk melindungi anak-anak mereka dari hal yang salah.

Selain itu, orangtua juga mesti mengingatkan setiap anak mereka untuk tidak meniru adegan yang berbahaya itu saat mereka berada bersama dengan teman-teman mereka.

Pada level sekolah guru-guru bisa menjadikan hal yang sementara viral itu sebagai awasan bagi para murid di sekolah.

Pada setiap kesempatan, guru bisa memperingati setiap murid di sekolah untuk tidak boleh meniru adegan yang ada di video. Kalau boleh, ada sangksi tegas bagi siapa saja yang mencoba meniru dan melakukan adegan Skullbreaker Challenge.

Selagi hal ini belum mewabah di konteks Indonesia, untuk sementara inilah tugas orangtua dan para guru untuk mengingatkan para anak-anak remaja tidak mengikuti trend yang ada.

Betapa tidak, anak-anak jaman sekarang akrab dengan media sosial. Dari media sosial, mereka tidak jarang meniru sesuatu yang viral dan menarik tanpa peduli dengan apa konsekuensi dan dampak dari apa yang mereka lakukan itu.

Demi kepentingan viral dan terkenal, mereka meniru adegan di video.  Padahal adegan tersebut sangat berbahaya untuk keselamatan hidup mereka sendiri.

Aksi skullbreaker challenge merupakan awasan yang serius bagi orangtua di rumah dan para guru di sekolah.

Awasan itu dibarengi dengan nasihat dan perhatian serius pada tingkah laku anak-anak baik itu di rumah maupun di sekolah.

Gobin Dd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun