Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lucinta Luna, Perbedaan Data Gender di Paspor dan KTP, serta Hak Kaum LGBT

12 Februari 2020   17:51 Diperbarui: 26 Oktober 2021   22:40 2113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lucinta Luna saat hendak menuju Lab BNN, Lido, Bogor, Rabu (12/2/2020) (Foto: KOMPAS.com/MELVINA TIONARDUS)

Di beberapa tempat mereka diterima dan bergaul sebagaimana mestinya. Sementara di beberapa tempat lain, mereka terpinggirkan dan bahkan coba disingikirkan.

Berhadapan dengan situasi ini, secara tidak langsung kita bisa melihat adanya ketimpangan dan ketidaksamaan perlakuan pada kaum LGBT.

Sementara di beberapa negara, hak kaum LGBT menjadi salah satu prioritas perjuangan entah dari anggotanya maupun tokoh-tokoh lainnya. Bahkan perjuangan itu sendiri itu tidak hanya berasal dari golongan LGBT,  hal itu juga menjadi agenda dari pemerintah.

Filipina merupakan salah satu negara di mana pemerintahnya berupaya untuk mengakui keberadaan grup LGBT beserta hak-hak dari kelompok ini.

Salah satu upaya dari pemerintah Filipina itu mulai dari bangku sekolah. Di tahun 2012, departemen pendidikan Filipina mengeluarkan keputusan perlinungan anak (A Child Protection Policy). Upaya ini merupakan bentuk untuk melawan diskriminasi dan bullying di sekolah termasuk kepada kaum LGBT.

Di tahun 2013, Dewan perwakilan rakyat Filipina mengeluarkan undang-undang Anti-Bullying, termasuk upaya bullying kepada kaum LGBT ("Just Let Us Be" Discrimination Against LGBT Students in the Philippines dalam hrw.org).

Dengan dikeluarkannya undang-undang perlindungan terhadap LGBT, ini berarti kaum LGBT mendapat pengakuan yang sama di mata negara. Ujung-ujungnya, kaum LGBT mendapat hak yang seturut dengan identitas gender mereka sebagai LGBT.

Salah satu contohnya adalah upaya adanya toilet yang dikhususkan untuk kaum LGBT.

Persoalan toilet memang terlihat sederhana. Tetapi ini pernah menciptakan persoalan bagi kaum transgender di Filipina. Hal ini terjadi saat kaum transgender dilarang untuk menggunakan toilet perempuan di salah satu mall. Larangan ini pun dinilai sebagai sebuah bentuk pelecehan.

Bagi kaum LGBT, larangan itu seolah penghinaan pada identitas mereka. Bagi mereka, meski secara fisik mereka adalah laki-laki, tetapi identitas mereka sebagai perempuan.

Makanya banyak kaum LGBT menyeruhkan untuk menggunakan toilet yang sesuai dengan identitas gender mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun