Salah satu hal yang perlu digarisbawahi dari krisi di kota Marawi ini adalah persatuan antara grup-grup teroris yang sudah ada sebelum keberadaan ISIS. Â Anggota ISIS bergabung bersama salah satu grup teroris yang cukup berpengaruh di Filipina, Abu Sayyaf.
Ini juga mengingatkan kita kalau kepulangan mantan anggota ISIS bisa menjadi motor penggerahk bagi grup lain di Indonesia.
Pada waktu itu, militer Filipina tidak tinggal diam. Penguasaan ala ISIS ini merupakan perlawanan terhadap kedaulatan negara.
Gempuran militer Filipina di kota Marawi selama lima bulan tidak hanya menghancurkan kota Marawi secara fisik, tetapi mempengaruhi mentalitas ratusan ribu penghuni kota tersebut.
Lebih dari 100.000 penduduk mesti mengungsi. Â Hidup di pengunsian dan jauh dari tempat di mana mereka bertumbuh dan mencari hidup bukanlah pengalaman yang nyaman.
Fasilitias publik seperti kantor-kantor pemerintahan, sekolah, tempat ibadah menjadi target serangan ISIS. Hal ini bertambah parah saat terjadi konflik terjadi antara militer kontra ISIS selama lima bulan.
Setelah kembali dari pengungsian, masyarakat kota Marawi mendapatkan tempat tinggal mereka hancur lebur akibat pertempuran antara militer Filipina dan para pendukung ISIS.
Selain itu, Militer Filipina juga mengalami kesulitan untuk mengatasi para pendukung ISIS yang menguasai kota Marawi.
Kesulitan itu terjadi karena para pengikut ISIS sudah merencanakan dan menyiapkan aksi teror ini dalam waktu tertentu. Karenanya, mereka sudah mengenal kota Marawi dengan baik. Â
Banyak orang menyesali dengan aksi teror ISIS ini. Beberapa orang mengakui kalau sebelum aksi teror ISIS mereka mempunyai kehidupan yang tenang. Tetapi situasi berubah karena kehadiran ISIS (straitstimes.com 21/5/2019).
Kota Marawi merupakan salah satu kota penting di wilayah Selatan Filipina. Namun wajah kota ini berubah setelah 154 hari pertempuran.