Kita akan mengenal baik identitas seseorang kalau kita selalu menjalin relasi dengan orang tersebut. Semakin dalam dan dekat relasi yang kita bangun, semakin dalam dan dekat pula pengenalan kita kepada orang itu.
Relasi itu pun terjadi dalam sebuah rentang waktu tertentu. Semakin lama kita berelasi dengan orang itu, kita bisa menjadi semakin dekat dengan orang tersebut.
Kita juga bisa mengenal seseorang bergantung pada cara hidup orang tersebut. Meski kita terpisah jarak dan waktu, kita bisa mengenal orang itu lewat cara hidupnya yang mungkin dimuat dan tersimpan di media sosial, di surat kabar dan di media lainnya.
Keseringan mengkonsumsi berita dan bahan tentang pribadi orang tersebut, kita pun bisa semakin familiar dengan identitas orang itu.
Karenanya, pengenalan dan pengetahuan kita pada identitas seseorang sangat subyektif.
Belum tentu pengetahuan saya tentang seseorang sama dengan pengetahuan orang lain. Atau juga, pengetahaun orang lain tentang orang tertentu lebih luas bila dibandingkan dengan pengetahuan yang saya miliki. Â
100 hari pertama merupakan rentang waktu kita berelasi dengan kabinet Indonesia Maju jilid II di bawah kepemimpinan Jokowi-Mar'uf. Â 100 hari bukanlah sebuah standar utama untuk menilai kualitas dan kapasitas kerja mereka kalau dibandingkan dengan alokasi waktu lima tahun mereka dipercayakan untuk bekerja.
Meski demikian, 100 hari tersebut bisa menjadi tolok ukur untuk menilai prospek kepribadian pelayanan dan cara kerja seseorang. Orang selalu mengatakan kalau "kesan pertama bisa menjadi awal untuk proses dan hasil yang lebih baik."
Tanpa menafikan beberapa nama menteri yang berada di bawah kabinet Jokowi dan Mar'uf terutama dari menteri dari Kabinet Indonesia Maju kabinet Jilid I di era Jokowi-Jusuf Kalla, saya memperhatikan dua menteri yang cukup menarik perhatian di 100 hari kerja.
Adalah Nadiem Makarim yang menjabat sebagai menteri Pendidikan dan Erick Tohir yang duduk sebagai menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sejak mereka duduk di kabinet Jokowi Jilid II, saya sering kali membaca tentang kedua tokoh ini. Pandangan saya tentang kedua tokoh ini tidak luput dari kesan subyektif.
Kedua menteri ini menarik perhatian karena gebrakan yang mereka lakukan berbeda dari para menteri terdahulu. Bahkan secara umum, kedua menteri ini membawa warna baru di kabinet Jokowi.
Jadinya, kabinet Jokowi jilid II tidak terkesan datar, hambar dan tak berwarna. Menurut pengamatan saya, Nadiem Makarim dan Erick Tohir menambah dan memberikan warna pada kabinet Jokowi jilid II.
Gebrakan dan warna baru dari kedua menteri ini juga menarik beberapa kompasianer. Tidak sedikit kompasianer mengulas langkah-langkah taktis kedua menteri ini di 100 hari kerja mereka. Singkatnya, mereka mendapat perhatian karena sisi kebaruan di departemen yang mereka pimpin.
Dari Nadiem Makarim, saya belajar tentang gebrakan barunya di dalam dunia pendidikan. Pidatonya pada hari guru tahun 2019 yang sempat viral di media sosial mendapat pelbagai tanggapan.
Pidatonya yang praktis, "to the point" dan aktual itu membuka mata banyak pihak. Nadiem Makarim ingin memberikan kebebasan belajar bagi para siswa. Alhasil, langkah pertama dari mantan bos Go-Jek ini adalah penghapusan Ujian Nasional di saat akan datang. Â
Dari Erick Tohir, saya belajar ketegasan dalam memimpin sebuah institusi. Kalau di kabinet Jokowi Jilid I, kita melekat dengan istilah "tenggelamkan" ala Susi Pudjiastuti, menteri perikanan pada waktu itu, kali ini kita familiar dengan istilah "copot" ala menteri BUMN, Â Erick Tohir. Salah satu upaya Erick Tohir adalah mengatasi masalah di perusahan penerbangan nasional, Garuda.
Gara-gara kasus penyelundupan Harley Davidson di pesawat Airbus A330-900 Neo kepunyaan Garuda yang melibatkan Dirut Garuda, Erick Tohir pun mengeluarkan pernyataan untuk mencopot semua pejabat Garuda yang terlibat dalam penyelundupan Harley tersebut (Kompas.com 07/12/2019). Masalah dipecahkan dengan sikap bijak tetapi dibaluti ketegasan.
Pernyataan dari Erick Tohir ini merupakan sikap yang berani dan tegas. Yang bersalah mesti ditindak dan bahkan diturunkan dari posisinya.
Nadiem Makarim dan Erick Tohir menjadi dua figur yang memberikan pelajaran baru tentang kepemimpinan dalam konteks pemerintahan Jokowi-Mar'uf di 100 hari kerja.
Hemat saya, mereka akan memberi harapan baru bagi Indonesia. Pemerintahan Jokowi-Mar'uf pun berada pada jalur yang tepat kalau Nadiem Makarim dan Erick Tohir terus konsisten menunjukkan sikap tegas, setia dan berkomitmen demi Indonesia maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H