Evaluasi itu tidak sebatas pembicaraan tentang kekurangan yang terjadi. Tetapi lebih dari itu, ada rekomendasi yang bisa memberikan solusi untuk persoalan yang terjadi.
Ya, pembicaraan tentang kekurangan orang lain kerap terjadi dalam sebuah relasi sosial. Bahkan ada orang yang merasa nyaman dan terbiasa membicarakan kekurangan orang lain.
Persoalannya saat pembicaraan itu tidak memberikan manfaat. Atau juga pembicaraan itu hanya menciptakan label pada orang yang menjadi obyek pembicaraan. Pada titik inilah, pembicaraan itu hanya merupakan sebuah bentuk penghancuran kepribadian orang lain.
Padahal kalau intensi pembicaraan untuk pencarian masalah, pastinya ada manfaat yang diperoleh. Kita bisa membantu yang bermasalah dan kita juga bisa belajar dari persoalan yang terjadi.
Saya kira banyak kekurangan yang terjadi dari pribadi-pribadi yang terikat dalam sebuah relasi sosial. Kekurangan itu menyebabkan persoalan dalam konteks sosial.
Tugas kita sebenarnya adalah mengevaluasi kekurangan yang ada sembari mencari dan menawarkan solusi yang tepat sasar pada persoalan yang terjadi.
Jangan biarkan pembicaraan kita hanya menjadi buah bibir dan hasil tulisan, tetapi di balik itu kita tidak memberikan manfaat berupa solusi yang tepat sasar.
Semua kita bisa belajar dari kekurangan kita asalkan kita bisa menyadari kekurangan itu. Salah satu cara agar kita atau orang menyadari kekurangan di dalam diri adalah lewat koreksi.
Koreksi itu bukan sekadar membeberkan kekurangan yang ada, tetapi koreksi itu adalah upaya untuk mencari solusi agar persoalan dan kekurangan yang ada bisa mendapatkan solusi yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H