Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suara Korban Kekerasan Seksual Tidak Boleh Dipojokkan, tetapi Mesti Didengarkan

8 Januari 2020   15:56 Diperbarui: 8 Januari 2020   16:09 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia, identitasnya sebagai seorang gay terbatas, sementara di Manchester, Inggris, Reynhard Sinaga mendapat ruang dan waktu untuk mengekspresikan diri. Malah tempat dan kebebasan itu salah dimanfaatkan hingga berujung pada tindakan yang senonoh (daily mail.co.uk 6/1/20).

Sembari mendukung proses hukum, kita pun mesti mendengarkan suara dari Reynard sebagai pelaku. Betapa tidak, pelaku dikenal sebagai seorang intelektual dan seorang yang religius.

Namun di balik gaya hidupnya itu, dia melakukan sesuatu yang dipandang sebagai yang paling buruk dalam sejarah kejahatan seksual. Pastinya, ada sebab musabab yang bisa menjadi pelajaran bagi semua untuk tidak melakukan hal yang sama.

Selain itu, suara para korban juga mesti didengarkan dan dihargai. Di sini bukan hanya dalam konteks kasus Reynald Sinaga, tetapi juga suara para korban kekerasan seksual yang terjadi di sekitar kehidupan sosial kita.

Jangan biarkan suara mereka dibungkam dan ditutup demi kepentingan tertentu. Atau juga memenjarakan dan menyudutkan mereka karena unsur lingkungan sosial dan budaya. Kalau hal ini terjadi, bukan tidak mungkin korban akan berubah menjadi pelaku sebagai bentuk pelampiasan.

Para korban didengarkan agar mereka bisa melewati tahap penyembuhan. Korban tidak boleh dipojokkan agar mereka tidak merasa diri risih dan keluar dari konteks sosial.

Untuk saat ini, keluarga, institusi pendidikan dan agama mesti menjadi tempat di mana suara-suara korban kekerasan dalam bentuk apa pun mesti diakomodasi.

Menyelematkan korban dari trauma jangka pendek dan panjang sangatlah penting sebagai bentuk pencegahan pada persoalan baru. Dengan kata lain, suara korban mesti dihargai dan didengarkan sebagai bentuk dan tahap penyembuhan luka batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun