Saat seorang laki-laki melihat seorang perempuan dan dia menyukai perempuan itu, dia akan berusaha mendekatinya. Setelah berhasil mendekatinya, dia coba merayu dan mengajak perempuan itu untuk mengikuti sang laki-laki.
Atau juga seorang laki-laki sudah lama menyukai seorang perempuan, tetapi karena kendala tertentu dari pihak perempuan, maka metode "wendo wina" adalah alternatif untuk mendapatkan perempuan itu sebagai seorang istri.
Hal ini pun tanpa sepengetahuan dari keluarga dari pihak perempuan. Keluarga dari pihak perempuan baru tahu kalau sang anak perempuan tidak pulang ke rumah. Dengan ini mereka tahu kalau anak perempuan sudah dibawah pergi oleh seorang laki-laki untuk dijadikan istri.
Keluarga pihak perempuan kemudian menanti proses adat yang akan biasanya diawali oleh inisiatif pihak laki-laki. Dengan ini, pihak laki-laki mesti tunduk pada proses adat yang akan terjadi.
Budaya "Wendo Wina" di Manggarai, Flores hampir serupa dengan budaya "tarik Istri" di Vietnam.
Pada suku di Hmong Vietnam, budaya "tarik istri" atau "tangkap istri" merupakan budaya yang sudah menjadi bagian situasi sosial masyarakat.
Salah satu alasan di balik adanya budaya ini adalah salah satu solusi bagi banyak laki-laki yang tidak bisa menikah karena orangtua dari pihak perempuan mungkin tidak setuju. Pihak perempuan mungkin tidak setuju karena pihak laki-laki tidak mampu secara finansial membiayai mas kawin yang diminta.
Budaya "tarik istri" ini biasa terjadi di musim semi. Budaya ini bermula saat seorang pria mengajak perempuan yang disukainya untuk bertemu dan berpacaran di suatu tempat.
Namun sebelum itu, sang pria sudah meminta teman dan keluarganya untuk berada di tempat yang sama. Saat perempuan itu ada di tempat itu, teman dan keluarga akan menarik perempuan itu ke rumah si laki-laki. Kemudian sang perempuan akan disekap di rumah selama tiga hari.
Menariknya, menurut kepercayaan suku ini, semakin banyak orang yang menarik perempuan itu, semakin bahagia pasangan ini nantinya, semakin lama mereka akan hidup sebagai suami istri, semakin banyak anak mereka dan mereka akan semakin kaya.
Jadi, di balik budaya ini berdiam kepercayaan tertentu. Mungkin kepercayaan seperti inilah yang menjadi salah satu faktor melanggengkan budaya ini.