Tetapi ada pula yang tidak menerima keadaan itu. Apalagi kalau orang-orang yang baru datang dan masuk ke dalam konteks sosial seperti itu.
Pada saat titik kesabaran tidak terkontrol lagi, kadang muncul protes, perdebatan dan cekcok antara yang menjadi penyebab keributan dengan yang menjadi korban dari keributan tersebut.
Dalam situasi seperti ini, kehidupan bertentangga mesti dilihat dan dievaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat karakter seperti apa yang dimiliki oleh tetangga sekitar.
Pastinya mereka juga mereka mempunyai batas toleransi dengan apa yang kita lakukan asalkan kita juga tidak berlaku terlalu berlebihan.
Kehidupan bertetangga kadang terlihat gampang saat dilihat dari luar. Tetapi dalam jangka waktu tertentu, kehidupan itu bisa menghadirkan persoalan tertentu.
Persoalan itu bisa saja terjadi saat tidak adanya sikap saling pengertian antara satu sama lain. Salah satu tetangga merasa biasa-biasa saja dengan apa yang dilakukannya, tanpa mau tahu apa reaksi dari tetangga yang lainnya. Sebaliknya, tetangga yang merasa menjadi korban akan mencari cara lain untuk mengulang yang sama.
Jadinya, kehidupan bertetangga berada pada kubangan yang cukup kelam. Kalau tidak diatur dengan baik, bisa jadi akan ada letupan berupa cekcok antara satu sama lain.
Sangat penting melihat dan memahami kehidupan bertetangga. Kalau dilihat secara mendalam, kehidupan bertetangga merupakan gerbang untuk masuk ke dalam konteks yang lebih luas.
Kalau kita terbiasa membangun kehidupan bertetangga dengan baik, kita juga gampang terlibat dalam konteks kehidupan sosial yang lebih luas.
Tetapi kalau kita tidak membiasakan diri membangun kehidupan bertetangga yang penuh damai dan ketentraman, kita juga akan meresa sulit membangun relasi dengan sesama dalam konteks yang lebih luas.
Jadi, membangun sebuah relasi yang penuh kedamaian kerap mulai dari kita membangun relasi dengan tetangga. Kita tidak boleh memandang sebelah mata relasi kita dengan tetangga.