Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Anggap Enteng Saat Anak Marah Kepada Orangtua

23 November 2019   13:02 Diperbarui: 24 Juni 2021   16:56 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto BBC Family & Education News

Marah merupakan salah satu perasaan yang acap kali muncul dari dalam diri kita. Kemarahan kita itu biasa muncul karena ada sebab dan alasan tertentu. Hanya mungkin perbedaan di antara kita adalah bagaimana kita mengolah dan meluapkan kemarahan itu.

Biasanya kita menjadi marah saat  kenyataan yang terjadi tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan pikiran kita. Pikiran dan keinginan berada pada jalur ideal tertentu, tetapi hal itu tidak ditanggapi secara positif dalam kenyataan aktual.

Karenanya muncul benturan. Benturan ini menciptakan pelbagai reaksi di dalam diri kita. Salah satu reaksinya adalah rasa marah.

Kalau rasa marah ini tidak dikontrol bisa saja hal itu akan menimbulkan rentetan aksi dan reaksi lain. Misalnya, karena kemarahan yang memuncak, ada orang yang mengambil keputusan yang salah dengan melukai dan menghancurkan penyebab dari kemarahannya itu.

Hal ini tidak saja merugikan yang dilukai tetapi juga orang yang mengekspresikan kemarahannya itu.  

Relasi di dalam keluarga juga tidak lepas dari kehadiran perasaan marah. Orangtua menjadi marah kepada anak-anak karena alasan tertentu.

Biasanya orangtua selalu mempunyai alasan untuk memarahi anak-anak. Tujuannya pun demi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak ke arah yang lebih baik.

Meski kemarahan bukanlah satu-satunya solusi untuk mengarahkan anak dari perilaku salah, tetapi hal ini acap kali terbukti menjadi salah satu solusi dalam memecahkan masalah. Jadi, kita boleh marah asalkan porsi kemarahan itu tidak melukai dan menghancurkan kepribadian seorang anak.

Baca juga : Apa yang Harus Dilakukan Ketika Anak Marah?

Sebaliknya, acap kali juga terjadi anak-anak marah kepada orangtua. Kemarahan mereka mungkin saja karena prasangka salah dari orangtua kepada mereka. Kemarahan mereka juga terjadi karena keputusan orangtua dan perlakuan orangtua yang tidak bijak.

Di balik pelbagai alasan anak-anak menjadi marah kepada orangtua, kita seharusnya tidak boleh menganggap enteng pada kemarahan mereka itu. Mungkin kalau orangtua marah, orangtua bisa memahami tujuan di balik kemarahan mereka itu.

Sumber foto BBC Family & Education News
Sumber foto BBC Family & Education News
Tetapi kalau anak-anak yang menjadi marah, bisa saja mereka tidak melihat tujuan dan nilai kemarahan itu. Bagusnya kalau anak-anak melihat dan menyadari kemarahan mereka itu. Maksudnya mereka menyadari kalau kemarahan mereka mempunyai nilai yang bisa dipertanggungjawabkan.

Tetapi kalau kemarahan itu hanya sekadar luapan emosi karena keinginan mereka tidak tercapai atau juga karena kesalapahaman antara mereka dengan orangtua, kemarahan seperti itu tidak boleh dianggap enteng.

Mestinya orangtua mengambil langkah antisipasi untuk meredahkan emosi itu, mengembalikannya pada kondisi normal dan memberikan solusi yang bisa menghilangkan kemarahan itu dari dalam diri seorang anak.

Kemarahan pada diri anak-anak bukanlah persoalan gampang. Kadang anak-anak menjadi marah kepada orangtua hanya karena keinginan mereka tidak terkabulkan atau keputusan orangtua yang dinilai tidak bijak.

Baca juga : Anak Marah? Sogoklah Dia!

Saya ingat cerita tentang seorang anak dari anggota keluarga kami. Anaknya meminta sejumlah uang kepada orangtuanya. Permintaannya itu ditolak. Karena permintaannya itu ditolak, dia menjadi begitu marah dan lantas melontarkan ancaman untuk melakukan bunuh diri.

Pada persoalan ini, kemarahan pada anak terjadi karena orangtua menganggap enteng pada luapan emosi anak. Saat mereka menjadi marah, orangtua membiarkannya begitu saja atau juga orangtua mengambil jalan pintas guna meredahkan kemarahan tersebut.

Padahal kemarahan pada diri anak tidak segampang yang dipikirkan. Pasalnya, pertumbuhan dan perkembangan mental anak berbeda dengan orangtua. Anak-anak butuh pendampingan termasuk dalam pengolahan emosi.

Pada titik inilah, orangtua mempunyai peran krusial dalam mengarahkan emosi anak-anak. Orangtua pastinya lebih tahu kepribadian seorang anak. Dan mereka juga semestinya tahu bagaimana mengarahkan emosi  anak saat berhadapan dengan persoalan tertentu.

Menjadi soal saat orang tua melakukan pembiaran pada emosi yang terjadi pada seorang anak. Pembiaran ini bisa mengakibatkan keterasingan pada diri anak.

Misalnya, seorang anak merasa sedih, tetapi dia tidak mendapat tempat di keluarga untuk mengutarakan kesedihannya itu.

Atau dia merasa marah, tetapi orangtua tidak mempunyai waktu untuk mengklarifikasi sebab dari kemarahan sang anak. Karena hal seperti ini, seorang anak merasa terasing dari lingkungan di mana dia tinggal dan bertumbuh.

Padahal kalau ada upaya dari orangtua untuk membantu anak mereka dalam mengolah emosi, pastinya mereka bisa diarahkan. Jadinya emosi yang dimiliki tidak memenjarakan kepribadian anak, tetapi emosi bisa menjadi bekal untuk belajar dengan situasi kehidupan.

Baca juga : Ketika Anak Marah dan Mengeluarkan Kata Kotor...

Pengolahan emosi bisa menjadi cara bagaimana seorang anak bisa mempelajari kehidupannya.  

Begitu pula saat seorang anak marah kepada orangtua. Orangtua mesti menjadi yang pertama untuk menenangkan sang anak dari kemarahannya.

Menenangkan itu bukan saja soal meredahkan kemarahan anak, tetapi juga berupaya untuk mengolah perasaan marah seorang anak.

Ya, orangtua lebih mengenal anaknya daripada orang lain. Pengetahuan orangtua bisa menjadi basis untuk mengarahkan seorang anak mengolah kemarahan mereka.

Seorang anak boleh saja marah pada orangtua dan situasi di sekitar.  Tetapi orangtua tidak boleh membiarkan hal itu dan mestinya mengarahkan dan mengolah kemarahan anaknya itu pada langkah yang baik.

Jadinya, anak juga belajar bagaimana mengolah emosinya saat berhadapan dengan persoalan yang serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun