Tetapi kalau kemarahan itu hanya sekadar luapan emosi karena keinginan mereka tidak tercapai atau juga karena kesalapahaman antara mereka dengan orangtua, kemarahan seperti itu tidak boleh dianggap enteng.
Mestinya orangtua mengambil langkah antisipasi untuk meredahkan emosi itu, mengembalikannya pada kondisi normal dan memberikan solusi yang bisa menghilangkan kemarahan itu dari dalam diri seorang anak.
Kemarahan pada diri anak-anak bukanlah persoalan gampang. Kadang anak-anak menjadi marah kepada orangtua hanya karena keinginan mereka tidak terkabulkan atau keputusan orangtua yang dinilai tidak bijak.
Baca juga : Anak Marah? Sogoklah Dia!
Saya ingat cerita tentang seorang anak dari anggota keluarga kami. Anaknya meminta sejumlah uang kepada orangtuanya. Permintaannya itu ditolak. Karena permintaannya itu ditolak, dia menjadi begitu marah dan lantas melontarkan ancaman untuk melakukan bunuh diri.
Pada persoalan ini, kemarahan pada anak terjadi karena orangtua menganggap enteng pada luapan emosi anak. Saat mereka menjadi marah, orangtua membiarkannya begitu saja atau juga orangtua mengambil jalan pintas guna meredahkan kemarahan tersebut.
Padahal kemarahan pada diri anak tidak segampang yang dipikirkan. Pasalnya, pertumbuhan dan perkembangan mental anak berbeda dengan orangtua. Anak-anak butuh pendampingan termasuk dalam pengolahan emosi.
Pada titik inilah, orangtua mempunyai peran krusial dalam mengarahkan emosi anak-anak. Orangtua pastinya lebih tahu kepribadian seorang anak. Dan mereka juga semestinya tahu bagaimana mengarahkan emosi  anak saat berhadapan dengan persoalan tertentu.
Menjadi soal saat orang tua melakukan pembiaran pada emosi yang terjadi pada seorang anak. Pembiaran ini bisa mengakibatkan keterasingan pada diri anak.
Misalnya, seorang anak merasa sedih, tetapi dia tidak mendapat tempat di keluarga untuk mengutarakan kesedihannya itu.