Negara bisa saja ingin menggunakan institusi keluarga untuk memecahkan persoalan-persoalan yang bersentuhan langsung dengan konteks keluarga.
Mungkin saja, negara melihat kemandekan dalam pemecahan masalah yang sama selama ini terjadi karena mereka tidak terjun langsung pada institusi keluarga.
Karena itu, terjung langsung dan bermula dari awal pembentukan keluarga itu dinilai sebagai salah satu alternatif untuk menjawabi persoalan yang terjadi di tengah masyarakat.
Karenanya, sertifikasi perkawinan menjadi perlu kalau tujuannya demi masa depan keluarga itu sendiri dan masa depan negara. Saya yakin upaya pemberian program sertifikasi ini bisa menjadi pengetahuan tambahan bagi pasangan baru sebelum membangun sebuah keluarga. Asalkan juga, program itu benar-benar didesain sesuai dengan konteks dan kebutuhan masyarakat.
Selain itu, kalau pasangan yang mau menikah itu sungguh-sungguh menghidupi pengetahuan yang didapatkan dari program itu, bisa saja bukan hanya kehidupan keluarga mereka yang mendapat berkah, tetapi juga untuk konteks yang lebih luas.
Pendeknya, keluarga yang bahagia dan sejahtera akan selalu berdampak untuk hidup sosial yang lebih luas, yakni kehidupan bernegara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H