Barangkali ada dari antara kita yang mungkin sulit memisahkan diri dari smartphone.
Contohnya, sebelum atau setelah bangun tidur, tidak sedikit orang yang mengecek smartphone mereka. Kadang hal ini tidak disadari tetapi ini adalah kenyataan yang acap kali terjadi.
Bahkan saat smartphone terlupakan sewaktu pergi ke suatu tempat, ada orang yang merasa begitu khawatir dan tidak nyaman. Tidak heran, banyak orang yang sulit melupakan smartphone daripada barang-barang lain saat bepergian.
Hal ini terjadi karena keterikatan dengan smartphone yang sudah cukup dekat. Lebih tepatnya mungkin ketergantungan yang berlebihan pada smartphone dan segala aplikasi yang tersimpan di dalamnya.
Tak pelak situasi ini juga kadang mengganggu kehidupan dan relasi sosial. Relasi sosial menjadi tidak intens dan fokus karena smartphone kerap menjadi pihak ketiga dalam berkomunikasi.
Saat berkomunikasi dengan orang lain, di satu sisi tangan masih mengecek dan berkomunikasi dengan orang yang ada di balik smartphone. Jadinya, komunikasi dengan orang yang ada di depan mata tidak begitu fokus.
Tidak hanya itu. Smartphone juga mulai mengganggu suasana-suasana penting seperti doa bersama, upacara bendera, dan pertemuan.
Makanya, di tempat-tempat publik tertentu terpampang tanda larang penggunaan smartphone. Meski demikian, masih saja ada orang yang tidak mau peduli dengan larangan-larangan seperti itu.
Saat ada yang berbicara dan mempresentasikan sesuatu di depan dalam konteks sebuah pertemuan, tidak sedikit orang yang bermain smartphone, chatting lewat smartphone, dan juga fokus pada smartphone tanpa peduli pada apa yang dibicarakan. Jadinya pertemuan kehilangan tujuan dan maknanya.
Seperti misal, pertemuan untuk membahas sebuah masalah. Seharusnya setiap orang yang hadir pertemuan fokus pada topik yang dibahas agar bisa menghasilkan sebuah solusi.Â
Tetapi kalau dalam pertemuan itu, banyak yang peduli pada smartphone daripada tujuan pertemuan, pemecahan pada masalah pun bisa tidak tercapai.
Saya ingat sebuah pertemuan bulanan yang terjadi bulan lalu. Karena begitu banyak yang menggunakan smartphone selama pertemuan, pemimpin pertemuan menjadi sedikit marah dan mengingatkan yang hadir pertemuan untuk fokus pada pertemuan.
Tidak sampai disitu saja. Pada pertemuan bulan ini, kami mendapatkan kalau signal internet di ruang pertemuan sudah diredam.Â
Tujuannya agar peserta pertemuan tidak lagi bermain smartphone. Karena hal ini, secara umum partisipan terlibat aktif dalam pertemuan ini.
Sebenarnya soal penggunaan smartphone adalah soal kesadaran. Setiap orang mesti tahu dan sadar kapan dan di mana bisa menggunakan smartphone.
Secara umum, ada tempat di mana smartphone tidak boleh dipakai. Ada tempat dan momen yang bisa mentolerirnya karena dampaknya tidak terlalu beresiko untuk situasi pada tempat tersebut.
Selain itu, Menghargai sebuah pertemuan sangatlah penting. Bayangkan saja kalau kita yang memimpin sebuah pertemuan. Lalu beberapa audiens tidak peduli dengan apa yang kita bicarakan.Â
Mereka tidak peduli karena mereka lebih peduli pada smartphone. Secara tidak langsung, nilai keberadaan kita tergeser oleh smartphone.
Tentunya situasi seperti ini begitu memprihatinkan. Tidak ada respek bagi pertemuan itu sendiri. Tidak ada respek pada pihak-pihak yang mengorganisir pertemuan. Karenanya menjadi salah satu tantangan adalah fokus dan perhatian pada pertemuan.
Saat Pertemuan Menjadi Fokus dan Bukannya Smartphone
Sebuah pertemuan selalu menyimpan nilai dan makna tertentu. Hal ini bisa dilakukan dengan menyingkirkan smartphone dan fokus pada pertemuan. Kalau boleh matikan smartphone atau aplikasi-aplikasi yang bisa mengganggu kita selama pertemuan.
Saya kira rata-rata waktu untuk pertemuan hanya 2-3 jam. Selebihnya, kita bisa menggunakan smartphone kita.
Kita tidak boleh menggunakan smartphone kita selama pertemuan guna mengedepankan nilai di balik adanya pertemuan.
Pertemuan biasanya menjadi medan untuk berkomunikasi. Komunikasi bisa berjalan dengan baik jika setiap orang yang terlibat di dalamnya bisa terlibat dengan aktif.
Jadi, selama pertemuan ada momen untuk bertatap muka dari hati ke hati. Setiap orang saling menyimak dan mendengarkan antara satu sama lain.
Sebaliknya, saat ada smartphone mungkin saja ada yang tidak peduli dengan situasi sekitar. Jadinya pertemuan tidak terjadi dengan baik.
Menyingkirkan smartphone dari konteks pertemuan adalah salah satu cara memaknai pertemuan itu. Pemaknaan itu akan menghasilkan buah-buah penting bagi diri kita yang mungkin tidak kita peroleh dari menggunakan smartphone.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H