Berada di tanah rantau tidaklah segampang yang dipikirkan. Selain mungkin perjuangan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup, juga persoalan hubungan batin dengan kampung halaman.Â
Bagaimana pun, kampung halaman dengan segala sisi kehidupannya selalu menyimpan kenangan di dalam hati setiap para perantau.
Membawa suasana kampung halaman ke tanah rantau adalah sesuatu yang mungkin dilakukan saat ini. Apalagi kalau jumlah dari orang-orang yang berasal dari tempat yang sama begitu banyak.
Kegiatan tertentu yang bisa mengakomodasi orang-orang sekampung dan seasal bisa dibuat. Beberapa yang biasa dilakukan antara lain berupa arisan, pentas olahraga dan seni.
Pentas seni budaya menjadi salah satu cara dari masyarakat manggarai yang diaspora di Bali untuk membawa suasana kampung ke pulau dewata.Â
Teriknya sinar matahari di pulau dewata tidak menyurutkan antusiasme masyarakat diaspora dari tanah Manggarai, Flores untuk bersatu padu. Mereka bersatu padu untuk merayakan budaya yang sudah melekat di dalam diri jauh sebelum merantau di pulau dewata ini.
Adalah Ikatan keluarga Manggarai Bali (IKMB) yang menyelenggarakan kegiatan pentas seni budaya. Meski budaya Manggarai sudah lama terbagi dalam tiga kabupaten (Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur), tetapi ikatan budaya Manggarai tetap menyatukan warga Manggarai umumnya yang menetap di pulau Bali.
Kegiatan pentas budaya ini dikemas dalam aneka rupa seperti tarian danding, tarian perang yang dikenal dengan Caci dan beberapa kemasan budaya lainnya.
Dendang lagu-lagu Manggarai yang dipadu dengan dentuman gong dan gendang mewarnai rasa antusiasme masyarakat Manggarai yang merantau di pulau Bali.
Rasa Manggarai menjadi hidup di tanah pariwisata ini. Jarak dan tempat tidak membatasi para perantau untuk merayakan budaya asal sebagai salah satu identitas diri. Dan sejauh apa pun orang merantau, budaya pun tetap menjadi seragam diri yang sulit ditanggalkan.
Ada tiga pelajaran yang saya lihat dari pengalaman menyaksikan kegiatan pentas budaya ini.
Pertama, budaya asal adalah darah dan daging bagi yang merantau.
Kegiatan pentas budaya yang berlangsung setengah hari dari komunitas Manggarai di Bali ini menunjukkan kalau budaya asal sulit hilang dari identitas seseorang. Kemanapun seseorang merantau, pastinya dia sulit tercerabut dari budaya asalnya.
Tidak hanya itu, kegiatan ini bisa mengingatkan siapa saja yang merantau tentang diri sendiri. Di dalam diri setiap orang merantau sudah tertanam budaya Manggarai yang serupa dengan darah dan daging.
Kedua, budaya selalu mempersatukan.
Ratusan orang asal Manggarai bersatu padu di GOR Ngurah Rai meski umumnya tidak saling mengenal d antara satu sama lain. Alasan yang satu dan sama menyatukan masyarakat Manggarai diaspora ini.
Mungkin dalam keseharian, masyarakat Manggarai ini dipisahkan oleh pekerjaan, kuliah dan aktivitas lainnya. Tetapi saat adanya acara budaya seperti ini, setiap orang bersatu.
Semua bersatu karena budaya yang sama. Semua bersatu karena ingin menikmati keindahan budaya Manggarai di tanah rantau.Â
Lebih jauh lagi, karena budaya yang sama ini, setiap orang tidak memandang asal kabupaten dan tempat. Budayalah yang mempersatukan perbedaan di antara para perantau.
Ketiga, budaya membawa ingatan ke kampung halaman. Siapa saja yang pergi merantau pastinya selalu ingat kampung halaman dengan segala situasinya.
Dengan adanya kegiatan budaya ini, paling kurang orang akan terbawah ke kampung halaman. Tarian dan nyanyian membawa rasa pada tempat asal.
Hal ini pun mengingatkan kita kalau kita tidak pernah tercerabut dari budaya asal asalkan kita bisa menjaga, merayakannya dan melestarikannya di mana pun kita berada.
Pentas budaya budaya Manggarai di Bali merupakan salah satu cara agar budaya yang sudah ada di dalam diri tidak tercerabut karena pengaruh dari luar dan tempat di mana kita merantau. Tidak jarang, ada yang tercerabut dari budaya sendiri hanya karena pengaruh tempat di mana mereka berada dan tinggal.
Makanya, kegiatan pentas budaya ini bisa menjadi tanggapan untuk para perantau agar tetap memeluk budaya asal. Lebih jauh, hal ini juga bisa mendorong para perantau untuk tetap tinggal dalam nilai-nilai budaya.
Budaya kita adalah kekayaan yang luar biasa. Budaya bisa membahasakan siapa diri kita di hadapan orang lain. Budaya kita juga bisa membentuk diri kita sebagai pribadi dan sebuah komunitas seasal di tanah rantau.Â
Jadi, hemat saya, jaga budaya sama halnya dengan jaga identitas diri di mana pun kita berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H