Menanggapi hal itu, seperti yang dilansir dalam vox.com (11/11/19), Â komite dalam bidang nobel mengatakan kalau pemberian hadiah nobel kepada Abiy merupakan bentuk dukungan atas apa yang telah dicapainya. Dan hadiah itu juga bisa menjadi pengingatan ke seluruh dunia kalau masih ada pekerjaan yang belum diselasaikan di Etopia.
Pelajaran Abiy Ahmed bagi kita, Warganet
Internet sebenarnya mempunyai pengaruh besar dalam membawa pesan perdamaian. Ada pelbagai macam platform yang bisa kita pakai untuk mengirim pesan perdamaian. Bahkan kemampuan internet menjangkau batas-batas geografi.
Persoalannya, tidak sedikit orang yang menggunakan media sosial sebagai instrumen untuk menghancurkan pihak lain, yang mana itu bisa berujung pada konflik. Bahkan media sosial juga dijadikan alat untuk membumbui persoalan tertentu sehingga persoalan itu menjadi panas.
Apalagi yang membumbui persoalan itu adalah seorang yang terpandang, berpredikat tinggi dan mempunyai banyak followers. Kalau tidak dikontrol, pesan yang ditulis akan menjadi opini yang mempengaruhi pola laku dan pikir warganet.
Contohnya saja, kasus penusukan Bpk. Wiranto. Sedihnya, dalam kasus ini tidak sedikit orang yang menuduh kalau kasus didramatisir. Bahkan ada yang menciptakan opini kalau kasus itu adalah settingan belaka.
Yang menciptakan opini sesat itu pun berasal dari kalangan yang mempunyai wadah untuk menciptakan perdamaian di Indonesia. Bukannya melihat kasus itu sebagai hilangnya perdamaian, malah mereka menciptakan opini lain untuk memperkeruh suasana. Alhasil, perdamaian yang sudah suram menjadi tambah suram karena opini sesat yang dimainkan di media sosial.
Keberhasilan Abiy Ahmed yang mendapat pengakuan sebagai peraih nobel menjadi pelajaran untuk kita semua. Abiy Ahmed, dengan kekuasaannya, berhasil mengakhiri konflik panjang antara Etopia dan Eritrea. Kesuksesannya ini adalah pesan bagi kita untuk menjaga perdamain dan menjauhkan lingkungan kita dari konflik.
Menjaga perdamaian itu bisa dilakukan dengan menjadi buzzer yang membawa pesan damai daripada sebagai penghasut dan penfitnah. Kita tidak boleh menganggap gampang opini yang kita cipta di media sosial. Opini yang kita buat itu mesti mencerahkan publik dan bukannya menghancurkan komunitas sosial.
Marilah kita belajar dari Abiy Ahmed untuk menjaga perdamaian. Kita bisa menjaga perdamaian lewat menggunakan media sosial secara bijak dan bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H