Anak-anak juga membantu kita untuk belajar lagi bagaimana sikat gigi dan mandi yang benar, bagaimana tidur dan bangun tepat waktu, mengajari tentang lingkaran pertemanan yang sehat, dan berbagi solusi bagaimana berdamai saat bertengkar di sekolah.
Jika dahulu sebelum menikah kita masih bisa hidup suka-suka, maka setelah kita sudah menikah dan memiliki anak-anak, kita sebagai orangtua 'otomatis berubah' dengan luar biasa. Semua berubah, bahkan jam mandi serta kebiasaan-kebiasaan kecil seperti sikat gigi.
Lalu apa peranan kita?
Anak-anak 'meniru' perbuatan kita. Mereka terkenal peniru yang ulung. Mereka akan melakukan persis seperti yang kita lakukan. Untungnya, Orantua sudah berpengalaman, sebelum mereka menjadi orangtua, mereka sudah terlebih dahulu menjalani masa kanak-kanak. Dan mereka tahu apa yang anak-anak pikirkan, tepat sebelum anak-anak bertanya sesuatu.
Mereka seperti 'lampu merah' untuk semua orangtua yang kadang lalai bersikap sebagai orangtua.
Ketika menikah, kita seperti bermain game yang dimulai dari Nol. Jika dahulu kita lahir dan hidup sebagai, Aku. Saat menikah, kita terlahir kembali dan memiliki kehidupan baru, kehidupan kedua, yaitu; Kita.
Butuh sebuah kesadaran, kerendahan hati dan kerelaan diri untuk mau menjalankan sebuah pernikahan yang punya ikatan kuat, sehat dan berumur panjang. Butuh kesabaran dari para leluhur kita atau orangtua kita untuk terus dan mau menyuarakan kepada anak-anak mereka, apa pesan tersembunyi dari sebuah pernikahan.
Orangtua dan masyarakat harus berhenti berkata:Â
- Menikahlah biar nanti ada yang urusin kamu saat tua.
- Menikahlah biar orangtua tidak punya beban lagi mengurusin kamu.
- Menikahlah karna teman-temanmu sudah menikah, dll
Percayalah, seruan-seruan itu hanya akan mendatangkan pernikahan yang salah, penuh kesengsaraan jika dijalani dengan asal-asalan.
Jika pesan atau seruan berantai seperti ini tidak dihentikan, bisa bayangkan akan seperti pernikahan yang dijalani generasi berikutnya?
- Pernikahan asal-asalan yang penting sudah menikah.
- Hilangnya makna dan pesan penting dari sebuah pernikahan. Akhirnya mereka akan menjalani sebuah pernikahan yang penuh dengan KDRT, kawin cerai, pernikahan settingan, tidak punya respect pada pasangan, dan lain-lain.
- Hilangnya rasa hormat pada orangtua atau keluarga inti. Pernah lihatkan, semakin marak orangtua ditinggal anak-anak mereka entah dikampung atau di panti jompo, dan tidak pernah dikunjungi kecuali saat-saat darurat seperti hari raya, atau disaat mereka sakit dan menjelang kematian.
- Anak-anak menjadi lupa bahwa hidupnya berharga dan layak untuk menikmati pernikahan yang sehat, kuat dan berumur panjang.
Lalu apa pesan yang benar, yang semestinya disampaikan orangtua kepada anak-anak mereka?