Mohon tunggu...
Dorma Jadi Haulian Situmorang
Dorma Jadi Haulian Situmorang Mohon Tunggu... Lainnya - Halo dunia :)

Halo apa kabar? :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(Fiksi Horor) Malam Mencekam...

14 Mei 2011   19:03 Diperbarui: 28 November 2021   15:00 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_107648" align="aligncenter" width="550" caption="mbah google :)"][/caption]

Kisah ini bermula saat aku pindah di apartemen baru. Setelah bekerja bertahun-tahun dan hidup dengan sederhana, kupikir tak ada salahnya menikmati hasil kerja kerasku dengan membeli sebuah apartemen. Atas tawaran rekan sekerja, akhirnya aku menemukan apartemen ini. Harga murah, dekat dengan kantor, dan bagus. Sempurna.

Apartemen ini sungguh mempesona, berada di lantai dua dengan pemandangan yang luar biasa indah. Beruntung sekali aku menemukannya. Kamarnya luas dan bersih, perabotannya lengkap dan baru, uniknya apartemen ini memiliki balkon yang besar. Terakhir ternyata aku baru ketahui jika tetangganya yang sangat ramah. Betapa beruntungnya aku (Sudahkah kukatakan betapa beruntungnya aku...?), entah kenapa dijual murah padahal ini adalah apartemen yang sangat sempurna. Mungkin ini hadiah dari Tuhan untukku, dengan memberikan teman sekerja yang membantuku menemukan Apartemen seindah dan semurah ini, aku akan segera pindah besok ke kamar ini.

***

"Tok-tok-tok...". Segera kubuka pintu kamarku, dan disana berdiri para tetanggaku.

"Halooo sayang, selamat datang dan bergabung jadi bagian dari gedung ini, maaf kami hanya membawa sedikit makanan", tawar seorang wanita paruh baya, seseorang memanggilnya ibu Ratna. Senyumnya sangat manis dan sangat ramah.

"Aduh, saya jadi ngerepotin ibu-ibu", ucapku dengan malu-malu. Tidak enak rasanya melihat mereka duluan yang bertamu, sebagai pendatang baru, harusnya aku yang menghampiri mereka.

"Kamu cantik sekali, semoga betah disini yah. Jangan sungkan-sungkan kalau butuh apa-apa mampir ketempat kita, oke. Ya udah. kamu istirahat ajah, sudah malam. Selamat malam, sayang. selamat tidur."  Ibu-ibu tetanggaku segera berdiri dan kembali ke kamar mereka masing-masing meninggalkan aku yang sendiri dikamarku. Kututup pintu dan segera tidur.

***

01.15 wib

"Klik". Aku terjaga, seseorang sedang membuka pintu kamarku. Tubuhku tidak bergerak, tapi seluruh panca indraku secara serentak aktif mencari sumber suara berikutnya. "Srrttt....", kali ini suara itu seperti benda yang digeser atau diseret. Siapa yang telah masuk kedalam apartemenku, ini masih malam pertamaku dengan apartemen baru. Kucoba menajamkan kembali pendengaranku, sepertinya ada seseorang didapur, aku segera bangkit dengan pelan-pelan dari tempat tidurku. Kuambil vas bunga dimeja riasku, berharap jadi senjata untukku.

Pintu kamar kubuka dengan sangat pelan-pelan sekali, dan kucoba melirik sekitar ruangan tamu, tidak ada siapa-siapa. Aku keluar sambil bersandar di tembok kucoba melirik kearah dapur, tidak ada siapa-siapa. Kemana dia? siapa dia? mungkinkah dia petugas apartement? Tapi darimana dia mendapatkan kunciku? Lancang sekali dia masuk kedalam rumahku, akan aku tegur dia besok.

Setelah memastikan seisi rumahku aman dan sudah terkunci, kembali aku masuk kedalam kamar dan mencoba kembali tidur. "Praaanngg...", aku kaget. Ada yang jatuh didapur, siapa yang ada di dapur? Kkali ini aku langsung bangun dari tempat tidurku dan segera menuju dapur. Tidak ada siapa-siapa disana dan tidak ada benda yang jatuh. Apa barusan yang terjadi?

"Draaap-draaap-draaap... ngiikkk... klik", aku menoleh kamarku, pintunya tertutup, ada seseorang. Yah, aku yakin ada seseorang yang sedang main-main denganku, dengan melangkah cepat aku segera menuju kamarku dan segera membuka pintu kamar. "Klik-klik", aneh. Engselnya terkunci, padahal aku tidak menguncinya. "Bukkk-buukkk-buukkkk...", suara dari dalam membuatku mulai ketakutan. Siapa itu-siapa itu? Ada dengan apartemen ini.

"Siapa didalam...? hey... keluar... ini rumahku... keluaaarrr....." teriakku dengan ketakutan.

"...", tiba-tiba suara didalam kamar tidak terdengar lagi. Kutatap pintu yang engselnya mulai bergerak-gerak, dan segera kuraih pigura foto yang kuletakkan didekat pintu kamarku, sepertinya seseorang itu sebentar lagi keluar.

"Klik", ha...? suara pintu rumahku terbuka aku terkejut dan hampir menjatuhkan pigura foto ditanganku. Dengan kaki gemetar aku berjalan ke arah pintu rumahku, tidak ada siapa-siapa dan pintu rumahku terbuka. Aku keluar dan melihat lorong apartemen lantai dua, tidak ada siapa-siapa. Siapa yang telah membuka pintu rumahku? dari luar pintu aku dapat melihat pintu kamarku, dan telah terbuka. Ada apa sebenarnya dengan apartement ini.?

Kutatap jam tanganku, waktu menunjuk pukul 3.o6 wib. Hampir subuh, rasanya aku tidak sudah tidak mampu untuk istirahat. Aku tidak berani masuk kedalam kamarku. Kuhampiri pintu tetanggaku, cepat-cepat aku membunyikan bel-nya sambil sekali-kali melihat ke arah kamarku. "Ayoo... tolong, bangunlaaahh..", ucapku tanpa sadar dengan penuh ketakutan.

"Ada apa...? kenapa kamu pucat sekali...?', Ibu Ratna tetanggaku yang baik hati membukakan pintunya. Thanks God, aku segera masuk kedalam rumahnya, dia menatapku dengan pandangan sedih, dan kasihan.

"Istirahat-lah disini. tidak usah berkata apa-apa". Ucapnya dengan lembut dan menenangkanku dengan mengusap-usap bahuku, pelan-pelan aku mulai rileks dan mulai merasakan kelelahan yang luar biasa hingga aku tertidur di sofa Ibu Ratna.

***

"Hei, bangun...", seseorang membangunkanku. Ha...? dimana ini..? ah, aku baru ingat. Ini rumahnya Ibu Ratna. Segelas teh hangat telah diletakkan diatas meja dan wanginya sangat enak.

"Bagaimana, nyenyak tidurnya?".

"Iya, terimakasih ibu telah mau menerimaku untuk satu malam disini", ucapku dan segera meraih teh didepanku.

"Apa rencanamu selanjutnya, akan tinggal disana atau akan mencari rumah baru?", ucap Ibu Ratna dengan lembut. Ha...? apa yang sudah diketahui tetanggakku yang satu ini.

"Apa yang sudah ibu ketahui tentang tempat tinggal saya itu?, tanyaku dengan pandangan curiga, mungkinkah mereka menyembunyikan sesuatu?

"Kamu beruntung masih ada saat ini, karna sebenarnya kamar itu tidak sehat. Banyak yang sudah terjadi dikamar itu, dan tidak pernah ada yang keluar dengan selamat. Hanya kamu yang pertama", Ibu Ratna menuturkan dengan ekspresi sedih.

"Memangnya ada apa dikamar itu, bu? tolong beritahu saya, karna saya harus tahu apa yang sebenarnya saya hadapi".

"Saya juga kurang jelas dengan cerita yang sebenarnya, hanya saja yang saya tahu... dulu pemilik yang sebenarnya adalah suami-istri dengan dua anak. Suatu hari, entah apa yang telah terjadi suaminya, secara tiba-tiba membunuh semua keluarganya lalu bunuh diri. tidak ada yang tahu apa yang telah terjadi." Cerita Ibu Ratna dengan kesulitan, tampak kesedihan terlukis di wajahnya.

"Kenapa saya tidak diberitahu sebelumnya.."

"Bagaimana mungkin mereka memberitahukan cerita seperti itu, tidak akan ada yang membeli kamar dengan kisah mencekam itu.".

"Lalu... apa yang harus  saya lakukan, bu. Terusterang saya tidak bisa tinggal disana", ucapku kembali cemas.

"Saran saya, sebaiknya kamu pindah saja dan cari rumah yang baru dan nyaman. Disini kamu tidak sehat, setiap hari saya selalu mendengar suara-suara dari sana. Untungnya tidak pernah ada kejadian aneh ditempat saya." Ucapnya sambil menatapku dengan kasihan.

"Sepertinya hari ini juga saya akan keluar, bu. Biarlah kamar ini kosong untuk selamanya, saya tidak akan mau kembali kemari. Kebetulan barang-barang belum saya bongkar".

"Yah, begitu lebih baik." Ucap Ibu Ratna. Setelah menghabiskan teh buatan Ibu Ratna, aku segera kembali ke apartemenku ditemani Bu Ratna dan mengambil koper serta barang-barangku. Kupanggil taksi, hanya lima menit taksi segera datang dan aku langsung memasukkan barang-barangku ke bagasi, mungkin aku akan kerumah tanteku untuk beberapa hari.

"Aku pamit dulu, bu. Tolong sampaikan pada pengelola apartemen bila saya tidak akan tinggal disini lagi dan tidak akan mau berhubungan lagi seputar apartemen ini".

"Iya, tidak apa-apa, biar ibu yang mengatakannya. Hati-hati dijalan yah", ucap Ibu Ratna. Sebelum aku masuk ke taksi, kutatap sekali lagi jendela apartemenku. Disana, berdiri seseorang sedang menatapku. Ha? siapa itu? aku terkejut dan dengan ketakutan aku segera masuk kedalam taksi segera meninggalkan lokasi apartemen untuk selamanya.

***

[caption id="attachment_107649" align="aligncenter" width="472" caption="mbah google :)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun