Dari kelima peran pada teori kontrol tersebut, saya pernah memposisikan peran kelimanya dalam berinteraksi dengan murid dalam keseharian di sekolah. Peran yang saya lakukan tergantung situsi dan kondisi dan permasalahan yang terjadi. Sebagai wakasek kesiswaan yang paling sering saya lakukan adalah peran sebagai penghukum pada saat ada murid yang bermasalah terutama pada pelanggaran berat. Namun setelah mempelajari modul 1.4 ini, pada materi teori kontrol memberikan saya pemahaman baru dalam berhadapan dengan murid bermasalah.
Saya mengenal peran sebagai manajer dimana dalam melakukan peran ini terdapat yang namanya segitiga restitusi. Proses tiga tahapan pada segitiga restitusi ini merupakan tahapan yang menurut saya sangat berpihak pada murid.
Apa hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran modul 1.4? Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Pada materi ini saya masih belum menguasai tahapan dalam melakukan segitiga restitusi. Hal ini tidak akan mudah karena bukan hanya murid yang harus melakukan restitusi, akan tetapi guru pun harus melakukan restitusi bersama murid. Perlu adanya ketenangan, kestabilan emosi, dan kenyamanan dalam melakukan restitusi pada murid yang bermasalah. Yang sering terjadi adalah pada saat murid melakukan pelanggaran, sikap guru yang terbawa emosi dan tanpa berpikir jernih langsung menghukum murid tersebut dengan begitu peran guru disini adalah sebagai penghukum.
Untuk dapat menjadi peran manajer, saya akan berusaha menstabilkan emosi saya terlebih dahulu dalam keadaan apapun. Saya akan memperdalam pemahaman tentang tahapan dalam segitiga restitusi dengan membaca dari berbagai literatur.
Apa hal yang masih membingungkan Anda dari pembelajaran modul 1.4? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan?
Pada materi ini saya masih bingung dengan hukuman dan penghargaan. Pada materi ini disebutkan penghargaan adalah hukuman. Pada kalimat “Penghargaan ‘menghukum’ mereka yang tidak mendapatkan penghargaan. Misalnya dalam sistem ‘ranking’. Mereka yang mendapatkan ranking kedua akan merasa paling ‘dihukum’”. Menurut saya hal ini relatif pada pandangan masing-masing individunya.
Pemberian penghargaan memiliki dampak positif dan negatif. Positifnya memacu murid untuk terus berkreasi dan belajar, sedang negatifnya adanya kecemburuan bagi murid yang kurang mampu dalam belajar. Akan timbul celah kecurangan untuk bisa mendapatkan penghargaan. Sesekali memberikan penghargaan pada murid perlu dilakukan sebagai tindakan yang spontanitas bukan karena disepakati dan direncanakan. Penghargaan bukan hanya untuk murid yang telah mencapai pencapaian terbaik, akan tetapi juga bagi murid yang dalam proses ke arah terbaik.
Menyikapi setiap permasalahan tidak hanya menilai dari satu sisi, namun harus bisa memposisikan diri kita dengan baik terutama dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Sebagai guru dalam menyikapi permasalahan yang dialami murid perlu memperhatikan keberpihakan pada murid itu sendiri sesuai dengan filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
Demikian refleksi saya tentang modul 1.4 Budaya Positif. Semoga pemaparan yang saya tuliskan ini bermanfaat untuk semuanya dan saya dapat menerapkan materi yang saya pahami dalam keseharian saya di sekolah.