Kini sosial media menjadikan para remaja lebih lelusa dalam berhubungan satu sama lain tanpa ada hambatan jarak. Hal ini semakin menghancurkan pergaulan remaja, mereka dapat melakukan kegiatan yang memacu perbuatan asusila melalui sosial media baik foto, chating, webcam maupun pesan nakal. Bahkan seiring perkembangan teknologi ini prostitusi online juga semakin menjamur.
Siapa yang salah ?
Jika mengenai siapa yang salah, orangtualah yang paling bersalah dalam hal ini mengingat keluarga adalah pendidikan anak yang paling utama dan dasar. Setuju atau tidak kenyaataanya orangtualah yang paling berperan dalam membentuk karakter anak. Orangtua harus mampu memberikan contoh, tauladan dan pengetahuan agama yang memadai bagi si anak.
Kadang orangtua berpikiran jika telah mencukupi kebutuhan anak secara materi sudah selesai tugasnya. Sehingga mereka matia-matian bekerja untuk mencukupi kebutuhan anaknya agar anaknya bahagia. Bahkan saking sibuknya tak pernah mempedulikan perkembangan anaknya. Padahal tidak demikian, anak tak hanya butuh materi yang melimpah tetapi juga kasih sayang, teladan serta perhatian sehingga mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik.
Dan dimana peran pendidikan? peran pendidikan adalah mengembangkan dan memupuk karakter mulia anak yang telah dibentuk dikeluarga. Sebenarnya tak pas jika seorang anak berperilaku negatif kemudian menyalahkan pendidikan. Mengingat jam belajar anak disekolah rata-rata di Indonesia hanyalah 8 jam selebihnya dikeluarga dan lingkungan. Peran sekolah sebatas 8 jam itu selebihnya kembali ke orangtua untuk membina anak-anaknya.
Dengan fenomena ini semoga orangtua-orangtua di Indonesia menjadi sadar akan pentingnya pendidikan dalam keluarga dan semua lini dapat bersatu padu dari keluarga,orangtua dan lingkungan sehingga semua dapat mengontrol perilaku menyimpan remaja saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H