Mohon tunggu...
Dony P. Herwanto
Dony P. Herwanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Story Teller | Journalist | Documentary Maker

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Seharusnya yang Bertahan Tak Hanya Kenangan

13 November 2020   08:41 Diperbarui: 13 November 2020   08:46 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Meski sudah ada beberapa oknum yang ditangkap pihak berwajib, aktivitas pembalakan liar tetap terjadi. Tindakan ini membuktikan penegakan hukum belum mampu menyasar actor kunci dan cukong kayu," kata Deden.

Pada November - Desember 2019, JPIK mendapat informasi dan pengaduan dari masyarakat yang tinggal di sekitar Rimbang Baling bahwa aktivitas penebangan liar di kawasan tersebut masih terjadi, meskipun aparat keamanan sering telihat keluar masuk kawasan.

"Masyarakat beberapa kali melihat oknum petugas (aparat hukum) ikut terlibat dengan menjadi backing dalam kegiatan penebangan liar, sehingga kayu hasil curian dengan mudah diangkut keluar dari kawasan Rimbang Baling," ucap Deden.

Untuk menindaklanjuti informasi dan pengaduan masyarakat, JPIK melakukan pemantauan di Desa Pangkalan Serai dan Desa Aur Kuning, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar dan menemukan rakit-rakit kayu bulat (gelondongan) dihanyutkan melalui Sungai Tilan dan Sungai Subayang.

Dua desa ini menjadi salah satu sasaran para pelaku pembalakan liar karena desa tersebut memiliki anak sungai yang berhubungan langsung (bermuara) pada DAS Subayang, sehingga memudahkan dalam pengangkutan kayu. Kayu-kayu tersebut diangkut dan diedarkan ke sejumlah industri yang berada di Kabupaten Kampar.

"Kayu Meranti menjadi buruan pelaku pembalakan liar," kata Deden.

***

Menjelang petang, kami -- warga Desa Gema -- kerap menghabiskan waktu dengan berkumpul pada tepian Sungai Subayang. Silam, aktivitas berkumpul di tepian Sungai Subayang menjadi satu kegiatan yang menyenangkan.

Kami kerap membincangkan hal-hal ringan dan berat. Mulai dari masalah pekerjaan sampai masalah Negara. Tapi itu dulu. Dulu sekali. Sebelum pembalakan liar marak di hulu sungai. Kami kehilangan ruang bertukar kabar. Kami kehilangan kenangan. Kami kehilangan harapan.

Debit sungai kami tak stabil. Hujan sebentar, air sudah meluap sampai tubir sungai. Tak jarang, desa kami kerap kebanjiran. Itu juga yang menjadi alasan kami pindah tempat tinggal di lokasi yang agak tinggi. Dari tempat yang lama, di Pelabuhan Desa Gema.

Silam, sekira tahun 2006, rumah yang kami tinggali kebanjiran. Air berwarna keruh itu masuk ke dalam rumah sampai setinggi pinggang orang dewasa. Dua kali kami mengalami kejadian itu. Kami waswas. Jika hujan sebentar saja, air pasti sudah masuk ke halaman rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun