Mohon tunggu...
Donyawan Maigoda
Donyawan Maigoda Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer | Novelis| SEO Writer| Owner PT Xinxian Boba Indonesia

Hanya manusia biasa yang hobi menulis saat sedang gabut

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Surat Cinta yang Tak Pernah Terkirim

10 Agustus 2023   02:29 Diperbarui: 10 Agustus 2023   02:36 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan lebat turun di sore itu, menciptakan suasana yang sejuk namun juga melankolis. Di kamar kecil yang dipenuhi dengan bau buku tua, Mia duduk di tepi jendela, menatap tetes-tetes hujan yang mengalir di kaca. Sambil memegang amplop tua, dia tersenyum getir. Amplop itu berisi surat cinta yang tak pernah terkirim kepada Adam, sahabatnya sejak kecil. Tinta di dalam surat itu seakan mencerminkan perasaannya yang tak pernah terungkap.

"Dulu, kita selalu bersama, Adam," Mia berbisik pada dirinya sendiri sambil menatap foto mereka berdua yang terpajang di atas meja. "Tapi perasaanku tak pernah kamu tahu, bahkan ketika kamu pindah."

Dia menghirup aroma kertas lama amplop itu, mengingat saat-saat indah dan lucu yang mereka lewati bersama. Mia merenung sejenak, lalu mulai menulis di atas selembar kertas putih:

"Adam, Aku selalu ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi tak pernah punya keberanian untuk melakukannya. Kita sudah bersama begitu lama, tapi sepertinya kamu tak pernah tahu perasaanku yang sesungguhnya."

Mata Mia berkaca-kaca, tapi senyuman kecil masih menghiasi wajahnya. Di sela-sela hujan yang semakin deras, surat itu menjadi saksi bisu perasaan yang selama ini dia sembunyikan.

Beberapa tahun berlalu. Mia dan Adam tak pernah berjumpa lagi. Kehidupan membawa mereka masing-masing menjalani jalan yang berbeda. Mia menjadi seorang penulis muda yang sukses, sedangkan Adam menjadi seorang arsitek ternama. Suatu hari, Mia menemukan sebuah artikel tentang pernikahan Adam. Hatinya tercampur aduk saat melihat foto bahagia Adam dengan seorang wanita. Dia merenungkan surat cinta yang tak pernah terkirim itu dan bertanya-tanya bagaimana jika dia dulu lebih berani mengungkapkan perasaannya.

Duduk di meja kerjanya, Mia memutar kertas-kertas dengan tatapan kosong. Artikel tentang pernikahan Adam menghantarkannya kepada kenangan masa lalu yang sudah terlupakan. Dia memegang foto mereka berdua yang masih tersimpan di dalam laci. Wajah Adam yang ceria menghiasi fotonya, tapi kali ini di sampingnya ada seorang wanita yang tersenyum manis.

"Apakah dia tahu perasaanmu padanya dulu?" Mia bertanya pada fotonya sendiri. "Bisakah dia membaca antara baris-baris surat cinta yang tak pernah terkirim?"

Dia menggenggam surat cinta lama itu dalam genggaman tangannya. Hatinya campur aduk antara harapan dan keraguan. Apakah dia harus mengungkapkan perasaannya sekarang, setelah begitu banyak waktu yang berlalu? Ataukah itu terlalu terlambat? Mia menghela nafas, merasa dilema di antara ingin tahu dan takut pada kenyataan yang bisa saja tidak sesuai dengan harapannya.

Suatu malam, Mia berjalan pulang setelah pesta buku. Hujan gerimis turun, mengingatkannya pada saat dia menulis surat cinta dulu. Tiba-tiba, dia melihat seorang pria dengan payung besar berjalan ke arahnya. Saat pria itu mendekat, Mia terkejut menyadari bahwa itu adalah Adam. Mereka saling memandang, senyuman kikuk terukir di wajah keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun