"Iiih, lo serius suka sama orang ini?" tanya Khilda dengan wajah terkejut.
"Iya, bisa jadi gitu, hehe," jawab gue sambil melemparkan senyuman ke arah Khilda.
"Yakali dah, kan gue suruh nulis nama orang, kenapa lo malah nulis 'Kamu' dah," ujar Khilda, agak sedikit kesal, namun salah tingkah. Lucu.
"Kalau misalnya aku beneran suka kamu, gimana? Hehe," tanya gue lagi, kali ini, gue yang mendekatkan diri ke meja dan menatap Khilda dengan tatapan tajam.
"Ahhh, jangan gitu dong, Don," jawab Khilda semakin salah tingkah.
"Bercanda Khilda, aku cuma bercanda kok, hehe." Ujar gue tertawa lepas, melihat tingkah lucu dari Khilda yang terlanjur salah tingkah.
Gue memang sempat bercanda ketika menulis di kertas tersebut. Meskipun Khilda gue akui memang cantik, namun gue sudah terlanjur menganggap dia sebagai teman yang baik dan gak mungkin untuk gue suka sama dia. Jadi, tulisan 'kamu' di kertas itu, hanya sebagian dari bahan bercandaan gue saja. Lagipula, gak mungkin cewek secantik Khilda, mau dengan cowok culun kayak gue.
Awalnya, gue berpikir setelah sedikit bercanda seperti itu, akan membuat Khilda lupa dan tidak melanjutkan perbincangan mengenai perempuan yang gue suka. Ternyata, gue salah. Dia justru semakin memaksa gue, untuk jujur dan mengakui siapa permpuan yang gue suka di kampus. Dengan memasang wajah melas, Khilda pun merayu gue untuk kesekian kalinya. Jujur, gue memang gak pernah bisa melihat dan menolak permintaan cewek, ketika dia sudah memasang mata nanar dan wajah melas. Mau gak mau, akhirnya gue mengatakan kepada Khilda, bahwa sebenarnya gue sedang dekat dengan seorang teman sekelas juga yang bernama, Diah.
Belakangan ini, gue memang sedang dekat dengan Diah. Seorang perempuan bertubuh mungil dengan rambut hitam lurus sebahu. Kedekatan gue dengan Diah, bermula saat kami mengerjakan tugas bersama. Saat itu, dia menghampiri gue saat tengah asyik duduk menyendiri di kelas. Diah bilang ke gue, kalau dia gak mengerti dengan beberapa tugas kuliah dan minta gue untuk mengajarkan dia. Namun, karena berhubung jadwal kuliah gue mengharuskan dari pagi sampai sore berada di kampus, gue merasa malas kalau harus mengajarkan Diah di hari biasa. Gue dan Diah pun sepakat memilih hari Sabtu, di mana hari itu adalah hari libur dan kami sama-sama bisa untuk bertemu.
Hari sabtu seolah menjadi rutinitas baru buat gue, yakni datang ke kampus dan belajar bareng dengan Diah. Setiap ada tugas mata kuliah apapun, kita selalu mengerjakan bareng di hari Sabtu. Semakin sering ketemu dan ngobrol bareng, gue jadi semakin kenal dengan Diah. Bahkan, gue baru tahu, kalau dia orangnya agak sedikit kudet mengenai perkembangan di sosial media.
Gue memang bukan orang yang selalu menghabiskan waktu di sosial media, tapi seenggaknya gue tahu berita apa saja yang lagi booming di sosial media. Berbeda sekali dengan Diah, yang terkesan acuh dan gak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di dunia maya. Namun, justru ini yang membedakan Diah dengan cewek lain. Dia sangat asyik dan seru saat diajak ngobrol, kami bisa menghabiskan waktu lebih lama untuk mengobrol. Kenapa? Karena, Diah bukan tipe cewek yang suka melihat ke layar hape setiap 1 detik sekali, seperti cewek-cewek pada umumnya.