"Maksudnya, Don?" tanya Fajar dengan bingung.
"Kalo setiap akhir bulan, kita selalu makan Indomie aja tapi masih bisa hidup, masak cuma gara-gara patah hati doang, kita udah nyerah sih," ujar gue memotivasi dengan nada bercanda.
"Jadi aku harus kayak gimana, Don?" tanya Fajar lagi, masih dengan nada bingung.
"Kayak gimana? Simpel, cukup jalani saja semuanya. Dan inget, kita anak rantau, tujuan kita jauh-jauh ke Jakarta untuk sukses, bukan jadi gembel." Jawab gue sambil tersenyum ke arah Fajar.
"Iya Don, kita pasti bisa sukses di Jakarta ini, Don. Aku yakin, bisa!" jawab Fajar dengan penuh semangat dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Yakin sih, yakin. Tapi gausah peluk aku kayak gini juga, dong!" ujar gue, sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Fajar, sembari menahan malu karena diliatin sama orang sekampus.
Ternyata, hidup itu sama saja seperti bunga, ada kalanya kita akan mekar, namun ada juga waktunya kita menjadi layu dan menunggu untuk hilang diterbangkan sang angin. Namun, bunga yang layu, tak sepenuhnya akan mati, melainkan ia juga berhak untuk mekar kembali. Ya, karena gue percaya, sama seperti bunga, semua orang itu berhak untuk bahagia.
Kini, gue ingin fokus untuk kuliah dan mengejar impian gue. Untuk sementara, gue ingin menutup pintu hati gue sejenak, sampai nanti gue menemukan sosok yang benar-benar bisa mengetuk dan membuka pintu hati gue kembali seutuhnya. Intinya, gue siap untuk menjomblo sementara, demi bisa menjadi orang sukses di Jakarta. Sebagai Mahasiswa, seharusnya gue gak boleh cengeng, apalagi hanya karena urusan hati. Sekarang, waktunya gue untuk moving on, karena masa depan yang cerah sudah menanti dan siap menyambut gue di ujung sana.
**Bagian ini sudah selesai, ya! Baca terus kelanjutan cerita dari "Mahasiswa 1/2 Abadi", lebih lengkapnya bisa di Wattpad.com :)
Follow gue di Instagram, Twitter, & Wattpad juga ->Â @dono_salimz
Jangan lupa juga kasih Comment, Voted, & masukin cerita ini ke Reading List ya, Guys! (^_^)Â