Mohon tunggu...
Donny Candra
Donny Candra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengulang Sejarah

10 November 2016   00:28 Diperbarui: 10 November 2016   01:02 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Djoko, anakku.. kau adalah pemberian terindah dari sang Maha Kuasa kepadaku. Sejak kau dilahirkan, ayah tahu bahwa kau ditakdirkan untuk sesuatu yang besar. Maaf bila ayah selama ini terlalu sibuk dengan pekerjaan ayah, tetapi ayah ingin kau tahu bahwa ayah sangat menyayangimu. Selamat ulang tahun anakku.. ” Itulah kata- kata terakhir sekaligus ucapan selamat ulang tahun yang ayahku sampaikan kepadaku saat ia mati dihadapanku dengan sebuah peluru yang tertanam dijantungnya dan tangis di pipinya. Ayahku adalah seorang peneliti dan oleh karena penelitiannya, ia dincar berbagai orang. Ia berhasil membuat alat yang dapat mengubah sejarah untuk selamanya. Sebuah mesin waktu.

Bagiku ia adalah seorang yang berani bermimpi. Ia bermimpi kalau suatu hari nanti ia dapat mengubah sejarah ke arah yang lebih baik. Karena, dimasa sekarang, perang sedang berkecamuk. Lebih tepatnya perang dunia ketiga. Ini semua berawal dari pihak Amerika yang melanggar perjanjian perdamaian PBB dengan Russia. Pihak Amerika menempatkan rudal di wilayah Russia. Pihak Russia yang tak terima dengan hal itu, mencoba mencari kawan agar dapat menjatuhkan Amerika. Lalu, bersekutu lah Russia dengan Eropa. Melihat pergerakan yang tidak wajar dari pihak Russia, Amerika tak tinggal diam dan mengganggap hal tersebut sebagai deklarasi perang. Akhirnya, mereka pun mulai saling menyerang. Awalnya, perang hanya terjadi di bagian barat, namun seiring berjalannya waktu, perang mulai merembet ke bagian timur sampai akhirnya ke Indonesia.

PBB yang mencoba mendamaikan kedua belah pihak tak dapat berbuat apa- apa. Tak ada pihak manapun yang mau  mengalah dan berdamai. Lebih parah lagi, PBB dianggap sebagai pihak yang tidak bertanggungjawab dalam menjaga perdamaian dunia.

Untuk Indonesia sendiri, pihak Belanda dan Spanyol memutuskan untuk menggabungkan kekuatan untuk menjajah Indonesia kesekian kalinya dan membagi hasilnya sama rata. Tentu saja rakyat Indonesia tidak terima dengan hal itu dan melawan. Namun apa daya, teknologi dan persenjataan kita kalah jauh dibanding mereka. Apalagi mereka dibantu oleh pihak Jerman yang kala itu memiliki salah satu teknologi terbaik didunia.

Sudah 13 tahun semenjak kematian ayahku. Saat itu aku berumur 11 tahun. Aku masih tidak tahu apa- apa, tetapi karena peristiwa tersebut, aku bertekad untuk meneruskan mimpinya. Aku belajar tanpa lelah, mencoba sekuat tenaga untuk mewujudkan mimpi ayahku. Akhirnya, akuu tumbuh menjadi seorang peneliti sepertinya. Aku juga berhasil menipu pihak Belanda soal mesin waktu yang dibuat ayahku.  Aku menyempurnakan alat tersebut agar lebih praktis dan efisien dan menyembunyikannya di sebuah bunker dibawah rumah ayahku. Juga, aku membuat sebuah jam tangan yang terhubung dengan mesin waktu tersebut agar aku dapat kembali ke masa sekarang dan tidak terjebak di masa lalu. Dengan semua data yang telah kuperoleh, akhirnya alat itu siap untuk dipakai.

Akhirnya saat yang ditunggu- tunggu tiba juga. Itu lah apa yang ada dibenakku saat akhirnya aku dapat menggunakan alat tersebut untuk  mengubah masa lalu. Aku memutuskan untuk pergi ke tahun 2023 saat pihak Amerika melanggar perjanjian perdamaian PBB dengan Russia.

Aku menyalakan alat tersebut, mengkalibrasi waktu dan menentukan waktu tujuanku. 13-11-2023. Setelah semua telah kurasa beres, kutekan tombol pengaktifan dan sekilas mesin itu berguncang dan memencarkan cahaya. Karena cahaya itu, aku terpaksa memejamkan mataku untuk beberapa saat. Aku tak mau mengambil resiko kehilangan penglihatanku.

Saat aku membuka mataku, aku melihat bahwa aku tidak lagi berada dibunker dibawah rumah ayahku. Aku berada diruangan sebuah hotel jepang. Kebingugan, aku pun keluar dan mencoba mempelajari sekitarku. Saat aku keluar dari hotel, aku melihat bahwa hotel tersebut adalah Hotel Yamato di Surabaya.

Aku bertambah bingung. Aku langsung mengecek jam ku yang terhubung dengan mesin waktu tersebut. Benar saja, ternyata aku mengunjungi zona waktu yang salah. Jamku menunjukkan kalau sekarang tanggal 13-11-1945.Aku meleset 78 tahun dari zona waktu yang kuinginkan. Mengetahui hal itu, aku kaget dan mengingat kembali apa yang terjadi.

 “Aku yakin bahwa aku tidak membuat kesalahan apapun saat memasukkan tanggal dan tahun di kolom destinasi, tetapi kenapa ini dapat terjadi!?!?”

Aku pun ingat bahwa mesin tersebut sempat berguncang. Sepertinya guncangan itulah yang membuat waktu destinasiku bergeser. Mengetahui hal tersebut, ingin rasanya aku kembali lagi ke bunker ayahku. Namun, aku sudah berada di masa lalu, tak ada salahnya bila aku melihat- lihat.

Setelah beberapa lama melihat dan mempelajari sekitar, aku teringat peristiwa Hotel Yamato tanggal 19 September 1945, tepatnya 6 hari lagi dari hari ini. Jantungku langsung berdebar. Mengetahui bahwa tempat yang kupijak saat ini akan menjadi tempat pertumpahan darah antara rakyatku dengan orang Belanda.

Awalnya aku merasa takut untuk berbuat sesuatu, tetapi pada akhirnya, aku memutuskan untuk tinggal selama beberapa hari lagi disini agar dapat membantu rakyatku melawan penjajah.

Beberapa hari telah berlalu dan hari yang ditunggu- tunggu akhirnya tiba juga. Bendera Belanda yang terpasang dipuncak Hotel Yamato menyulut amarah rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia yang marah pun memutuskan untuk meminta pihak Belanda untuk menurunkan bendera tersebut. Namun, pihak Belanda menolak. Dan ini menjadi tanda bahwa pihak Belanda tak mengakui kedaulatan rakyat Indonesia. Itu lah awal permasalahan yang ada, yang nantinya akan berujung pada pertumpahan darah di kedua belah pihak.

Aku yang dari masa depan, berkumpul ditengah kerumunan massa yang dipimpin oleh Jendral Soedirman. Ya, aku sempat bertemu dan berbincang dengannya soal apa yang akan ia lakukan jika pihak Belanda tak sejalan dengan massa. Beliau menjawab dengan sangat percaya diri, sopan, dan pasti. Aku juga dapat melihat dari gestur tubuhnya bahwa ia tidak takut melawan pihak Belanda. Ia berjalan dengan gagah seperti seorang yang baru dilantik menjadi panglima perang Sorga.

Beberapa jam kemudian, pertempuran pun terjadi.  Aku melihat orang- orang yang mati terkapar di tanah dengan kondisi mengenaskan dan darah dimana- mana.Untung saja, aku sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu. Seiring berjalannya waktu, makin banyak orang yang mati dan puncak pertempuran ini mulai terlihat.

Apakah kalian ingat dengan orang yang merobek bagian biru bendera Belanda? Ya, orang itu adalah diriku. Setidaknya di garis waktu yang baru. Aku diangkat oleh massa yang lain agar aku dapat merobek bendera tersebut. Sungguh suatu kehormatan yang besar dapat merasakan peristiwa sejarah itu secara langsung. Namun, saat dipuncak, pihak Belanda berhasil menembak kakiku. Aku pun langsung terjatuh ke arah kerumunan massa dan menghantam jam yang ada di pergelangan tanganku. Jam itu langsung bergetar dan dalam satu kedipan cahaya, aku langsung pindah ke tempat lain.

Kali ini aku berada di sebuah perkampungan. Aku tidak dapat melihat banyak hal karena rasa sakit yang kurasakan dikakiku. Aku yang sudah lemas karena kehilangan banyak darah meminta pertolongan dari masyarakat sekitar. Untung saja, ada masyarakat yang berbaik hati mau menolongku dan merawat luka- lukaku. Ia adalah bapak Kartodiwirjo.

Ia membawaku kerumahnya dan bertanya beberapa hal kepadaku. Seperti kanapa aku dapat luka seperti ini dan siapa namaku. Aku tak mau orang lain tahu nama asliku, jadi aku mengatakan kepadanya bahwa namaku adalah Soekarni  dan aku dapat luka seperti ini karena aku terjatuh dari tangga dan mengantam beberapa material bangunan. Aku beruntung karena ia percaya akan ceritaku.

Beberapa saat disana, aku menyadari bahwa sekarang aku berada di Blitar, Jawa Timur tahun 1916. Aku juga menyadari bahwa sebaiknya aku cepat pergi dan menyelesaikan mimpi ayahku. Namun, sebelum pergi, bapak Kartodiwirjo menyuruhku untuk tinggal selama beberapa hari, setidaknya sampai lukaku membaik. Dengan tawaran yang tulus darinya, aku tak tega menolaknya dan akhirnya menerima tawaran tersebut.

Selama beberapa hari dirumahnya, aku mengetahui kalau ia memiliki seorang isteri bernama Bu Supiah yang sedang mengandung. Mereka masih belum tahu nama apa yang akan mereka berikan kepada bayi mereka kelak. Berawal dari situ, aku dan keluarga Pak Kartodiwirjo mulai berbincang mengenai banyak hal. Mulai dari fenomena alam, ekonomi, pemerintahan, sampai pembajakan sawah. Jujur, aku sudah lama tak merasakan kasih dari seorang bapak. Aku sangat bahagia beliau mau menerimaku dan percaya kepadaku.

Sampai akhirnya, beliau bertanya apakah arti dari namaku. Aku yang tak tahu arti nama tersebut, langsung menjawab bahwa namaku, Soekarni berarti bahwa aku akan menjadi orang yang berpengaruh suatu saat nanti. Mendengarnya, beliau terlihat kaget dan tersenyum kepadaku.

Akhirnya tiba juga hari dimana aku harus pergi dan meninggalkan beliau. Sebelum aku pergi, aku berpamitan dengan beliau dan keluarganya. Ia sama bersyukurnya denganku karena dengan dengan adanya aku disana, kami dapat bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai berbagai hal yang hebat. Sampai akhirnya sebuah pernyataan keluar dari dirinya.

“ Soekarni, akhirnya bapak tahu nama yang cocok untuk anak bapak kelak. Bapak ingin anak bapak menjadi orang yang berwawasan luas, dapat berguna bagi bangsa dan dapat menjadi orang yang berpengaruh  suatu saat nanti. Bapak akan menamakannya Soekrani, apakah kamu memperbolehkannya?”

Mendengar hal tersebut, air mata langsung mengalir membasahi pipiku. Aku memeperbolehkan beliau memakai nama tersebut dania pun memelukku. Sungguh, itu adalah kasih seorang ayah yang sudah lama kurindukan.

Setelah berpisah, akupun berjalan beberapa saat dan mulai mengatur jamku. Kali ini aku akan memastikan bahwa tidak ada kesalahan dan semua dapat berjalan sesuai rencanaku untuk menghentikan pihak Amerika melanggar perjanjian perdamaian.

Singkat cerita, aku berhasil sampai zona waktu yang kuinginkan. 13 September 2022. Aku memutuskan untuk mengundurkan waktunya setahun karena aku berpikir bahwa rencanaku butuh beberapa persiapan. Setelah berhasil beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan menjalankan rencanaku. Aku akan ikut dalam keanggotaan PBB dan mengawasi pihak Amerika dengan mata kepalaku sendiri.

Dengan pengetahuan yang kumiliki, tak butuh waktu yang lama untukku masuk kedalam PBB. Aku dapat mengawasi gerak –gerik pihak Amerika. Saat yang kunantikan tiba juga. Mereka akan menaruh rudal di wilayah Russia. Dengan sigap, aku melaporkan aksi itu kepada atasanku agar PBB dapat segera bertindak dan mencegah hal itu terjadi. Benar saja, atasanku langsung menghubungi bos besar agar pihak Amerika menaruh rudal tersebut ditempat lain. Ditempat yang disediakan PBB.

“Rencanaku berhasil.” Itu lah apa yang ada dipikiranku. Tugasku telah selesai. Aku telah melakukan hal besar yang dapat menyelamatkan miliaran nyawa tak bersalah. Dan yang paling penting, aku telah mewujudkan mimpi ayahku. Saatnya aku untuk pulang dan kembali menjalani kehidupan normalku yang aku yakin akan menjadi lebih baik.

Aku pun mengundurkan diri dari PBB beberapa bulan setelah peristiwa tersebut dan kembali pulang ke zona waktuku.

Sampai dirumah, aku sangat bahagia. Aku melihat masa depan yang sangat berbeda dari apa yang aku ingat terakhir kali. Sudah tak ada lagi yang namanya peperangan. Dunia tentram dan orang dapat hidup dengan bahagia. Ayahku juga masih hidup dan ia tak pernah membuat mesin waktu tersebut.

Aku telah menyelamatkan dunia dengan menciptakan sebuah garis waktu dimana perang dunia ketiga tidak ada. Setidaknya tidak untuk saat ini dan beberapa tahun kedepan. Dari perjalananku, aku mempelajari hal yang sangat penting. Bahwa kita semua terlahir dan ditakdirkan  menjadi seseorang  yang berpengaruh. Kita terlahir untuk membuat perbedaan agar kelak masa depan dapat menjadi semkain baik.

Mungkin, beberapa dari kalian juga berpikir kalau ayahku tak pernah menciptakan mesin waktu, bagaimana aku dapat melakukan semua hal tersebut? Apakah aku telah menciptakan sebuah paradoks? Biar kujawab.

Waktu memiliki rahasianya tersendiri. Entah apa yang akan terjadi, apakah memoriku yang berkaitan dengan mesin waktu akan hilang atau paradoks akan tercipta. Hanya sang Maha Esa lah yang mengetahuinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun